13 Maret 2008

Usahlah Kau Menangis


"Sudahlah, usahlah kau menangis. Itu kan cuma film". Ujar Joko setelah dia mendengar lantunan soundtrack ayat-ayat cinta yang keluar dari sepasang loud speaker kecil di sisiku. "Ah kau ini, bilang aja kalau mau nonton juga. Nggak usah malu-malu", sahutku. Memang, saya tidak sampai mentikkan air mata melihat film itu. Tapi kepedihan dan kebingungan si tokoh utama bisa saya rasakan.

Memilih jodoh adalah hal yang tidak mudah. Islam yang menuntun kita untuk percaya bahwa Tuhan telah mengatur semuanya, mengajarkan kita untuk selalu berusaha--mendapatkan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dan selanjutnya adalah pasrah. Percaya bahwa manusia tidak diberikan cobaan melebihi batas kemampuannya.

Sungguh, berbuat baik pada sesama muslim adalah sebuah kewajiban. Tapi saya tahu itu sulit dilakukan. Entah karena perasaan duniawi yang mendobrak nurani, ataukah karena ego tinggi yang kita miliki. Selain dari agama, ajaran dari kaum sosialis seperti Karl Marx pun juga demikian. Jadi, sekolah tinggi sampai di luar negeri--seperti dalam film yang saya lihat barusan itu--bukan jaminan untuk mendapatkan ketentraman hati. Jiwa yang suci hanya dimiliki si budi pekerti.

"Mas pesan grafis lima kolom ya, mas", ledek temanku yang tadi sambil pura-pura melucu. Niatnya pingin ganggu konsentrasi saya menikmati film itu.

Ingatan untuk mencintai sesama (muslim) masih membekas dalam diri saya. Oya, hari ini saya mau ngapain ya? hari ini kan liburan. Kenapa saya bisa dapat jatah libur hari kamis?? Memang, pekerjaan sebagai ilustrator media tidak bisa disamakan dengan pekerja kreatif yang lainnya (baca: agency periklanan, creative boutique, dll). Mereka bisa libur sabtu minggu. Artinya bisa melepas hari yang penat dengan meninggalkan rutinitas.

Ingin rasanya ada hari khusus dimana saya bisa menikmati dunia sembari berdzikir, mengagungkan nama Tuhan. Seringkali, saat ibu saya telpon, nasehat utamanya adalah jaga diri baik-baik selama di Jakarta, jangan lupa sholat lima waktu juga.

Bersyukur juga saya bisa menginjakkan kaki di lantai 22 gedung Bimantara ini. Lantai yang dihuni pekerja media yang selalu ramai memenuhi mushalla, ruangan kecil di pojok itu. Setiap pukul 18.30WIB mereka berkumpul mengambil air wudlu. Lalu merapatkan barisan dalam satu imam. Berjama'ah dan berdo'a bersama. Sungguh indahnya.

Apakah ini berlaku sama di semua orang yang bekerja di media? ataukah ini hanya sebuah fatamorgana belaka? mereka yang hanya ingin dekat dengan Tuhan karena tidak mau terjerumus dengan neraka Jakarta???

Saya tidak tahu. Saya juga tidak mau su'ud dhon (berprasangka buruk) dan menimbulkan fitnah. Karena dalam film ayat-ayat cinta tersirat pesan serupa. Oh, andai saja saya pemeran utamanya ....

11 komentar:

Anonim mengatakan...

yups, untuk kota dan kehidupan seperti jakarta kita memang butuh ketenangan bathin dalam lingkup spiritual...
untuk masalah jodoh, karena sifatnya yang sakral, kita harus bisa memilih yang terbaik dari yang terbaik..
eniwei, lam nal yah mas

mama icel mengatakan...

jd pengen nonton filmnya,sayang di sangatta tdk ada bioskop..kasian ya..

salam kenal,makasih sdh mampir

dakusnandar.blogspot.com mengatakan...

Kabar baik. Ilustrasinya bagus, saya suka gambar, meski tidak bisa menggambar. Skr bekerja di koran apa mas?

Anonim mengatakan...

hallo mas, trims t'lah mampir di blog saya....


sukses...utk karya2 mu juga


yassirrmalik.blogspot.com

dee mengatakan...

saya bukan org yang cepat terharu. tapi ada satu adegan dlm film ayat-ayat cinta yang membuat saya menangis. ketika fahri menikahi maria di rumah sakit disaksikan aisha, hikshiks..

antown mengatakan...

salam kenal buat semua yang sudah komen di atas, anyway pada hobi nonton film nggak sih...?

Unknown mengatakan...

ikutan kenalan juga...
mas, kalo bisa karya ilustrasinya diberi 'ilustrasi' tekstual juga he....he....he....
jadi kita bisa paham juga prosesnya...
ok dong...
saya blum nonton ayat2 cinta
tapi dari sinopsisnya udh kerasa gimana 'aura'nya....

Sinopi mengatakan...

wakakakk.. serasa pengen ketawa guling2 baca harapan nya di ending..
Oh, andai saja saya pemeran utamanya...
kekekekkk..
saya belom ntn, ga tertarik pun ntn cerita khayal.. heheee.. ma'ap lo, cuma berkata jujur. ceritanya nyaris sempurna gini, bikin saya malas. lebih2 saya ga suka nonton karna tempat gelap bikin ngantuk..
hehe tp kmrn mlm sempet nyaris nonton AAC, itu krn ada yg traktir. kl byr sndr siy males..

*gedung bimantara.. deket nih..*

antown mengatakan...

mbak novee dimana emang? kok tahu bimantara...? hehe..

masa sih khayalan? iya juga sih, itu kan adalah hasil impian dari seorang penulis novel yang diwujudkan dalam bentuk film

Anonim mengatakan...

mau dong diajari illustrator, hehehe

senimangoblok mengatakan...

nangis.... nangis.... nangis.....
nonton film ae nangis....