31 Januari 2008

Oleh-oleh dari Kalibata


Tadi sore saya kopi darat ke Kalibata sama seorang teman (milis). Menemui seseorang yang (semoga dapat) mencerahkan kehidupan saya. Pulang dari sana saya dapat oleh-oleh banyak (dan lezat) tapi nggak bisa dimakan. Tebak, apa coba? Karya (visual) saya dikritik habis-habisan. Semua masukan itu saya tampung dan saya jadikan masukan untuk karya berikutnya.

Senang (banget) rasanya dapat masukan yang membangun (kreativitas), yang bisa membuat tangan ini "nakal" lagi, bergerilya dan bercinta dengan si tikus (mouse). Tapi sebenernya saya sudah capek (juga) sih. Masa tiap malem jadi kalelawar (yang haus cari ilmu). Program penyehatan badan kapan ya bisa terlaksana? ho ho ho...

Belakangan ini saya memang doyan ngeblog, meskipun itu sekedar mereview kembali dunia (kreatif) yang saya alami. Kalo hidup ini tidak kreatif ya mana bisa asyik. Apalagi hidup di (neraka) Jakarta ini, yang selalu dikejar deadline dan deadline demi weekend. Tapi sialnya, weekend belum pernah saya rasakan sama sekali. Jadi kalo sampean-sampean pingin dapet weekend, ya sudah nggak usah(lah) kerja di media seperti saya ini.

Tapi saya sadar, bahwa semakin banyak dihadapkan dengan banyak tantangan, saya akan semakin banyak belajar mengambil tindakan (cepat) yang tepat. Kalo saya boleh mengelompokkan nih, ada tiga kelompok orang yang paling sering saya temui tiap hari. Ada yang dengan wajah sok serius(nya) lalu memberikan perintah, ada yang sambil senyam-senyum sok akrab, tapi ada juga yang memuji saya terlebih dahulu. Untuk orang yang ketiga itu, biasanya saya bilang ke mereka, "maaf, Mas, saya nggak ada uang kecil". Hehehe..

Nggak penting banget tulisan di atas ya??! ya sudahlah. Kalo gitu sampean bisa baca tulisan yang di bawahnya :)

29 Januari 2008

Sedang sedih


Saya sadar bahwa saya bukan siapa-siapa. Bukan seorang politikus, ekonom, atau penyandang status penting lainnya. Saya bukan orang yang terlalu penting di hadapan publik. Saya hanya seorang illustrator yang hidup di belakang layar sebuah surat kabar skala nasional. Yup, bekerja sebagai artis atau juru gambar yang tugas utamanya menghidupkan sebuah tulisan.

Bekerja sebagai illustrator banyak untungnya. Saya bisa mendapatkan banyak informasi dari luar. Karena mau tidak mau naskah yang masuk juga harus saya baca (meski hanya sekilas). Ada isu pilkada, ada tema pendidikan, politik, tapi kadang juga kriminal.

Halaman demi halaman alhamdulillah pernah saya taklukkan. Mulai dari yang sangat tidak penting hingga yang bisa dibanggakan. Sebut saja, misalnya proses pembuatan grafis People of The Year 2007 kemarin. Kemudian malam harinya setelah Pak Harto meninggal (27/01/2008) saya juga membuat grafis peta "rute alternatif dari bandara Adisumarmo ke makam Astana Giribangun".

Sebagai catatan tambahan, kematian Pak Harto menurut saya terlalu di blow up oleh media. KONTRAS mengkritik habis soal ini(detikdotcom). Mereka menambahkan, ini bisa mengakibatkan publik melupakan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Pak Presiden pasrah, matanya tampak berkaca-kaca sebelum memberikan pidato pemakamannya. Beliau mengeluarkan sebuah kebijakan; tujuh hari kedepan kantor-kantor atau instansi di seluruh Indonesia wajib memasang bendera merah putih setengah tiang selama tujuh hari untuk mengenang jasa-jasa Pak Harto.

Kok tujuh hari? ada apa dengan angka ganjil? Islam banget ya. Kalo versi teman saya; NU banget ya. Momen tujuh hari berkabung ini juga tidak disia-siakan oleh mereka yang punya ide kreatif. Mereka menjual bendera-bendera itu di pinggir jalan, mirip seperti momen agustusan. "Semoga laku keras ya, Pak", doa saya.

Keluarga Cendana sedang dilanda duka. Demikian juga saya. Illustrator lama (senior) saya sudah tidak ada lagi. Dia mengundurkan diri dari perusahaan untuk mengadu nasib di perusahaan baru yang (mungkin) lebih baik dari sebelumnya. Saya sedih sekaligus merasa tertantang. Karena kedepan tenaga kreatif saya bakal dibutuhkan. Menghajarnya lagi, halaman demi halaman. Lagi dan lagi...

23 Januari 2008

Dilihat Bikin Geli



Saya bukan pengamat mode, tapi saya tahu bahwa hal2 berikut ini salah dan jangan ditiru. Kalo anda bisa membayangkan, mungkin anda akan tertawa geli dengan tingkah laku beberapa orang ini yang (barangkali) tidak tahu bahwa dirinya salah mode:

Pertama, seorang bapak berpakaian kemeja polos warna krem dengan padanan celana pantai bermotif bunga2 sepatu. Udah gitu bajunya dimasukkan lagi.

Kedua, seorang kenek angkot megenakan kaos bertuliskan "Fuck The Jack". Bukannya dilarang sih. Cuma dia tahu artinya atau tidak. Seandainya ada penggemar Jakmania yang tahu tulisan itu gimana?

Ketiga, seorang pedagang kaki lima. Perawakannya gagah tegap, badannya berisi. Kulitnya coklat sawo matang. Eh kaos yang dipake ada tulisan "I love Christina (aguilera)". Tampang sih boleh serem tapi kaosnya..., duh amit-amit.

Keempat
, seorang perempuan, pramuwisma. Umurnya kelihatan sudah kepala empat. Kaos yang dipakai lumayan ketat, warna hijau. Tertera tulisan "Yes, but not with you". Kaos ini menurut saya lebih cocok dipake penghuni rumah bordil. Ya gusti, kasihan banget ini orang. Semoga dia gak tahu artinya

Merindukan Injeksi Cinta Noriyu


Sudah sekian lama aku merindukan Noriyu. Bukan karena kecantikan yang terlukis di wajahnya, bukan karena gelar dokter yang telah disandangnya, ataupun novel manis buah karyanya. Noriyu bagai seorang Afandi (maestro seni rupa), yang telah memberi semangat ini hidup meletup. Kuberikan sebuah tempat lapang di hatiku. Untuk karya yang mempesona, menyejukkan jiwa.

Kau dimana Noriyu? Namamu mengingatkanku untuk terus berkarya, merangkai kata indah. Tapi aku tidak bisa. Sulit rasanya memulai menari di atas keyboard dengan kedua jariku ini. Jika karyamu tidak lagi ada. Atau kau tidak lagi berkarya.

Salam rindu buat Noriyu (Nova Riyanti Yusuf)

20 Januari 2008

Anti air


Mendengar kata-kata anti air, saya teringat akan tulisan yang tertera pada bungkus (packaging) peci/songkok yang dulu pernah saya miliki. Anti air berarti kalau terkena air tidak bermasalah, tidak akan menyebabkan kerusakan. Lain daripada hal itu, anti air versi saya berarti takut akan air. Bisa takut karena air itu dingin atau takut karena menyebabkan basah.

Beberapa tahun yang lalu saya kerap berkumpul dengan beberapa "komunitas" anti air. Sebenarnya bukan komunitas beneran, karena mereka kebetulan saja sering kumpul dan membicarakan beberapa topik menarik. Biasanya seputar seni atau filosofi kehidupan. Sungguh akan menarik jika memori otak bisa bekerja dengan baik.

Segelas kopi diseruput bersama. Rokok 76 menjadi teman yang setia. Beberapa kertas hasil goresan kuas-kuas lebar sudah digelar. Meskipun hasilnya belum maksimal tapi yang terpenting terlihat meyakinkan. Agar suasana lebih cozy, musik jazz atau rock klasik kita perdengarkan di ruangan itu, melalui kotak kecil ajaib yang kita sebut radio.

Wajah kita kusut-kusut karena sering begadang dan jarang mandi (tapi tidak semuanya). Pasti baunya aneh ya? pasti jarang gosok gigi juga ya? Padahal diantara kami tidak ada yang sakit atau penyakitan kalo kena air. Sengaja aja malas kena air. Kami tidak tahu apakah kami ini disebut seniman atau lebih pantas disebut gembel. Lha wong nggak pernah mandi. Pergi ke kampus pun kami masih acak-acakan. Celana bolong atau kaos oblong menjadi asesoris utamanya. Apalagi kalo ada bekas torehan cat, terlihat semakin mantap kayaknya. Mungkin saat itu pikiran kami masih sempit. Seniman sepertinya diwajibkan berteman dengan dunia yang kotor, kumal, dekil, jorok mungkin, dan sederet istilah-istilah semacamnya.

Saya yang pernah mencoba mengikuti gaya hidup mereka selama beberapa tahun. Alhasil, diri saya merasa aneh sendiri, merasa kurang pas aja. Kelihatannya malah nggak serius, dan tidak meyakinkan di hadapan orang. Ya sudahlah saya coba lagi untuk sedikit melawan arus, dengan bergaya sedikit rapi (bukan berarti trendi). Tapi saat saya bergumul kembali dengan mereka malah saya yang jadi kelihatan tambah aneh. Oalah... bodoh amat saya!! Kapan bisa hidup menjadi diri sendiri dan tidak mengikuti orang lain.

Beberapa tahun kemudian, frekuensi berkumpul dengan calon-calon seniman itu mulai berkurang. Ganti dengan dunia pers kampus. Saya pikir kali ini hidup saya akan berubah dan sedikit lebih baik daripada sebelumnya. Boro-boro pingin rapi, pingin ke kamar mandi yang bersih aja gak ada. Buhh!!

Tapi sekarang saya sudah berubah lho, he he he...

18 Januari 2008

Kaya Karena Karya


Saya tidak tahu apa yang sedang menyelimuti pikiran saya. Hanya saja saya selalu tertarik setiap melihat dan mengamati karya (seni) seseorang. Hal ini membuat saya selalu terpacu dan ingin menandingi lebih dari yang mereka ciptakan. Luar biasa, bukan? Semangat boleh tinggi tapi seharusnya saya sadar diri juga.

Alhamdulillah setiap hari saya masih diberikan kesempatan untuk berkarya. Bagaimanapun hasilnya saya akan mencoba menghargainya. Dengan tidak membuangnya, mencoretnya, ataupun membakarnya. Terkadang saya masih suka menorehkan kata-kata di sisi kertas untuk sekedar memberikan semangat lagi. Beberapa teknik juga masih saya pelajari.

Saya hampir tidak pernah menutup diri untuk diberikan masukan dan kritikan, asal itu masih membangun. Bagi saya kritikan pedas adalah aset yang sangat berharga untuk kemajuan saya ke depan. Meskipun terkadang menyakitkan hati, tapi itulah resiko yang harus saya terima.

Saya masih ingin berkarya selama umur masih ada. Berkarya dan bermain dengan dunia rupa adalah hal yang menyenangkan. Karya disamping adalah karya saya yang diterbitkan untuk koran harian (khusus) di Wilayah Palembang. Ya!! karena untuk wilayah lain, karyanya juga lain.

Tertarik untuk menyimaknya?? silakan buka www.usmany.deviantart.com untuk mengapresiasinya. Saya juga menerima pekerjaan freelance untuk illustrasi buku atau cover buku/majalah (lha? kok saya malah promosi di sini??) hahaha....

Mari kita semua berkarya untuk kehidupan kita. Yang jadi Akuntan jadilah yang profesional, yang jadi aktivis jangan cuma bisa ceriwis, yang jadi politikus jangan kayak tikus, dan yang jadi seniman gak usah bingung cari makan.

17 Januari 2008

AQUA Ya Air Mineral


Dari satu kota ke kota lain ternyata kata "AQUA" sudah dijadikan istilah untuk penyebutan air mineral. Di rumah orang tua saya (kebetulan di rumah buka toko kecil) orang yang mau beli air minum bertanya kepada saya,
"Mas Anton, AQUA yang biasa ada nggak? berapa harganya".
Saya bingung dibuatnya. "AQUA biasa...??, AQUA yang mana, Pak", tanya saya kembali.
(saya terpaksa menyebut AQUA juga padahal sebenarnya yang dimaksud air mineral)
"Itu lho, AQUA yang CLUB", sahutnya.
"Ooo, kalo yang CLUB harganya sekian, kalo VIT sekian, AQUA asli memang rada mahal".
(Saya jadi kayak keledai bodoh, emang ada AQUA asli dan AQUA biasa...??)
"Ya sudah yang CLUB aja deh, lha duitnya cuma adanya segini"
"Iya, Pak. Mau ambil berapa?"

Di lain hari saya juga mengalami peristiwa yang serupa.
"Mas, tuku AUTAN sing LAVENDA"(Mas beli AUTAN yang LAVENDA).
"Gak onok e..., tak ke'i SOFFEL gelem tah?" (Nggak ada tuh, saya kasi SOFFELL mau?)
Goblok kan? Siapa yang goblok? saya atau mereka? atau kebudayaan yang akan kita goblokkan?

Parahnya lagi, di sebuah daerah kecil di Probolinggo, Jawa Timur, HONDA itu adalah sebutan untuk semua motor roda dua. Biasanya yang menggunakan istilah HONDA adalah mereka kaum tua. Dalam sebuah percakapan misalnya, "Mat, di rumahmu ada HONDA nggak? saya mau pinjam sebentar. Apapun merk motornya, semuanya akan disebut HONDA.

Berbahagialah mereka yang mempunyai merk pertama kalinya. Dan sungguh kasihan mereka yang mempunyai merk kedua dan seterusnya. Di bawah ini adalah beberapa nama merk yang dijadikan istilah oleh masyarakat kita.

Indomie, seharusnya "mie instant". Sarimie, Supermie, Mi Kare, dll dianggap sama aja
Baygon, seharusnya "obat nyamuk bakar". King Kong, Kuda, dll tersingkir
Softex, seharusnya "pembalut wanita". Merk lain harus mengalah yaa...
Bata, seharusnya "sandal empuk lagi nyaman".

Semua harus mulai dirubah. Generasi muda sekarang kan seharusnya sudah terbuka pikirannya. Tahu dunia luar segala. Jangan lagi sebut kata "AQUA" di telinga saya. Gitu ngakunya anak Jakarta?

16 Januari 2008

Sesak dan Makin sesak


Kemarin siang setelah nyuci pakaian, saya menyempatkan diri nonton acara tv. Saya sadar bahwa saya butuh rileksasi otak. Acara yang saya pilih pun tidak asal-asalan. Saya suka nonton lawak. Sialnyan jam segitu belum ada acara lawakan. Nonton infotainment? bosan ah, ngegosip mulu. Untung ada acara CERIWIS. Siiplah, kata saya dalam hati.

Meskipun indie Barends tidak ada (katanya hari itu sedang berulang tahun), acara masih meriah karena digantikan salah satu pelawak perempuan transvaganza, acara tetap oke, interest dan menghibur di mata saya. Kalo ada yang kocak dan konyol itu yang saya cari. Makanya kalo mampir ke rental VCD, film yang most wanted versi saya ya yang lucu-lucu gitu. Maklum, ini adalah cara yang paling mudah dan relatif murah untuk mengendurkan syaraf-syaraf otak saya yang klimaks. Seperti di serang badai tiap hari. Lha wong kerja saya sampai sekarang belum ada liburnya. Kasian saya yak? :D

Anyway,ngomong-ngomong soal acara televisi. Saya juga suka nonton berita. Bukan berita kriminal atau kekerasan. Pasalnya yang kayak gitu itu kurang mendidik. Saya suka menyimak berita features, berita yang dikemas apik seputar kehidupan manusia. Biasanya sih tentang penderitaan atau kisah unik kehidupan manusia. Dari sini saya bisa belajar olah rasa dan membuka mata hati saya.

Tapi kali ini saya (lagi-lagi) kurang beruntung. Berita yang saya lihat kemasannya sungguh-sungguh buruk. Menceritakan seseorang pekerja kotor* yang bertahan hidup di Ibukota dengan cara yang bisa dikatakan cukup mudah. Yaitu mengobok-obok sungai kotor itu. Hasilnya? dapat sendok, uang lima ratus perak, lima puluh perak, besi tua, atau mungkin kalo pas beruntung bisa dapet emas asli.

Saat dapat emas itu wajah gembira si pemulung tua itu terlalu di blow up. Sederhana saja, saya cuma khawatir jangan-jangan beberapa periode ke depan akan datang banyak manusia dari daerah, melestarikan pekerjaan mereka dan berharap mendapatkan "sampah mewah". Jakarta makin sesak?? "bodoh amat!!?", mungkin itu pikiran mereka.


Pekerja kotor* = memulung sampah di sungai Jakarta yang kotor dan bau

13 Januari 2008

Bercinta dengan maya

Mungkin anda mengira bahwa Maya itu nama orang padahal sebenarnya bukan. Pasti anda juga sering terjebak pemahaman gara-gara sebuah judul. Cinta dalam film "Ada Apa Dengan Cinta", atau Kasih dalam "Kisah Kasih di Sekolah" misalnya. Judul dibuat seakan menyatu dengan kata sebelumnya. Bermain kata-kata sungguh menyenangkan, menjadikan tulisan kita lebih indah. Bukankah demikian?

Jika kata maya saya tulis dengan "m" besar (M) bisa jadi itu nama orang, tapi maya dalam tulisan ini artinya adalah dunia semu atau tidak nyata (http://id.wikipedia.org/wiki/Maya).

Kisah cinta saya dengan dunia maya sudah berjalan sekitar tujuh tahun. Saat itu saya masih terdaftar sebagai pasukan abu-abu putih yang tidak begitu pandai berkelahi. Waktu terus berjalan, dunia maya yang selanjutnya disebut internet berhasil mencuri hati saya. Setiap minggu saya pasti meluangkan waktu untuknya, mesipun hanya mampu bertahan dengan durasi dua atau tiga jam saja. Maklum belum punya penghasilan sendiri. Harga sewa satu jam internet bisa untuk beli makan satu porsi, atau buat beli satu kaleng kerupuk.

Internet bagi saya adalah candu yang membuat saya rindu jika kehilangannya. Tapi sekarang, internet semakin murah, harganya pun juga relatif terjangkau bagi orang sekelas pelajar atau mahasiswa. Sebagai buktinya, banyak pelajar yang saya temui rela meluangkan/mencuri waktunya di saat jam sekolah. Entah pelajaran sekolah lagi tidak ada atau gimana, yang jelas itu bukan urusan saya.

Saya hanya bisa terdiam miris saat yang mereka saksikan di depan matanya adalah sesuatu yang mereka anggap sudah biasa. Bokep. Begitu mereka menyebutnya.

Saat saya masih belajar di kota dingin, bagian selatan Surabaya, sebuah warnet dengan pedenya memberikan fasilitas download film gratis, termasuk bokep. Kalo dicopy bisa sampai berkeping-keping CD kali. Alamaaaak. Praktis aja semua orang pada lari kesana, termasuk pak polisi yang sudah gatel ingin menghentikan ulah para tersangka. Karena tidak hanya download film gituan yang mereka tawarkan, tapi juga MP3 dan software bajakan.

Makanya, kalo lagi menyelami dunia maya jangan cuma cari MP3 gratisan. Ngakunya belajar internet, tapi malah lihat bokep. Baca tulisan kek, atau sekedar komentari tulisan saya yang tidak menggigit ini. Hehehe...

bualan saya

11 Januari 2008

Ayo Dong Pak Harto...

Lantaran ingin mendapatkan sensasi dan mencuri perhatian dari pembaca setianya, sebuah media massa lokal dari Jakarta berinisial "PM" berani merubah headline yang tidak seperti hari-hari biasanya, ulasan dunia seks dan kriminal mungkin dikurangi porsinya. Begitu issue Soeharto (mantan cover boy majalah time edisi Suharto Inc.) mulai gencar karena penyakit komplikasinya, "PM" ikut meramaikannya. Barangkali PM yakin hal ini bisa mendongkrak angka penjualannya.

Sekitar pukul 20.00 WIB tadi, beberapa teman melakukan obrolan kecil tentang kondisi terkini Soeharto di RSPP. Ada yang mengatakan bahwa "Babe" sudah nggak ada. Sayapun langsung kroscek di detikcom, okezone, dan tidak lupa kompascom. Tiga situs ini menurut saya lumayan update untuk urusan berita terbaru. Ternyata issue itu tidak saya temukan disana.

Tengah asyik bekerja, pukul 20.43 HP Nokia saya berdering keras. Ada nomor baru yang belum saya kenal. Setelah saya angkat ternyata itu suara perempuan. Dia adalah sepupunya saudara sepupu saya. Dia mengaku bahwa dia bekerja pada sebuat tempat yang masih ada hubungannya dengan Mbak Tutut (anak Soeharto). Saya ngobrol santai ngalor ngidul dengannya. Lalu saya iseng tanya gimana kabar Pak harto. "Kondisinya sekarang masih kritis".

Di Cendana banyak polisi menjaga ketat area sekitar, sedangkan Kodim Solo siap lakukan dua skenario pemakaman. Semakin kritis kondisi Pak Harto yang jelas saya akan dihadapkan tantangan, bahwa akan ada pekerjaan besar nantinya. Membuat gambar (infografis) besar satu halaman, dan saya tahu bahwa itu adalah pekerjaan yang membosankan. Ayo dong Pak Harto, jangan meninggal dulu biar kerjaan saya nggak semakin banyak. Saya takut kewalahan nih...

10 Januari 2008

Tuhan, Aku Bisa Terbang



Kalau punya sayap enak kali yak? bisa terbang bersama kawanan burung. Melihat isi alam semesta, atau sekedar memperhatikan tingkah ulah manusia yang sedang bercengkrama dengan dunianya.

Tapi Aku saat ini sedang terbang di sebuah ruangan besar. Mirip seperti gedung olahraga basket atau futsal. Ruangan ini biasanya juga disewakan untuk menghelat pertunjukan musik, misalnya konser Agnes Monica atau Dewa.

Mereka semua yang ada di bawah menatapku seraya berkata "Hai, bagaimana mungkin kau bisa terbang? sementara banyak orang di sini dibuat keheranan, melihat engkau yang merayakan sukacita di atas sana?"

Sesaat Aku terdiam, masih di atas. Aku masih menghempaskan energi yang muncul dari dua kaki. Aku turun. Semuanya hening. Tidak menyapa sepatah kata. Seakan tidak ada yang mengenaliku.

Hari ini Aku merasa bukan lagi manusia.

08 Januari 2008

Pengamen dan Amplop


Tahu nggak arti pengamen? di wikipedia Indonesia kata "pengemen" ternyata belum menyediakan terjemahan atau definisinya. Barangkali pengamen adalah nama istilah saja, yakni pekerjaan mencari uang dengan cara menyanyi atau menghibur orang lain.

Pengamen yang saya temui banyak yang kreatif, tapi ada juga yang sadis karena cara minta uangnya memaksa. Misalnya dengan mengeluarkan kalimat seperti ini; "Kami tidak memaksa kok, tapi doa selamat kami hanya untuk mereka yang memberi". Atau kalimat lain; "Seadanya deh, Mas. Kalo uang besar juga nggak papa, nanti kita kasi uang kembaliannya". Busyet, kayaknya si pengamen naas banget hari ini. Kalo kamu penasaran sama kejadian seperti ini, naik aja kereta atau bus kelas enkonomi jalur antar kota. Biasanya banyak terjadi. Sudah tempatnya nggak nyaman, nggak aman lagi. Itulah dunia kecil Indonesia.

Kalau pengamen yang kreatif seperti apa? Mereka adalah pengamen yang menyanyikan lagu peterpan dengan dua bahasa. Satu bahasa Indonesia dan satu lagi bahasa asing, entah bahasa apa itu. Kayaknya sih bahasa Arab, soalnya dia fasih banget dalam melafalkannya. Kostum yang dia pakai juga tidak gembel(bukan berarti baju baru), gayanya seperti anak muda Ibukota pada umumnya.

Lain hari saya menjumpai model baru lagi. Dia berpuisi di atas bus. Menurut saya sih bukan puisi karena isinya adalah sindiran bagi mereka yang tidak memberi uang. Bahasanya tidak karuan, penuh bualan. Tidak ada yang indah pokoknya. Kostumnya juga asal-asalan. Awalnya saya mengira dia seorang penumpang, ternyata bukan. Yang jelas bukan seorang seniman. Dia adalah pengamen yang asal-asalan, tidak menghibur tapi justru mengacaukan suasana.

Satu lagi nih, entah disebut pengamen atau bukan. Pakaiannya layaknya santri. Kalo laki-laki mengenakan peci lengkap dengan baju kokonya. Kalo perempuan dia pasti mengenakan kerudung sebagai busana pendukungnya. Lalu mereka menyodorkan amplop tertutup bertuliskan Yayasan, Panitia Masjid, Panti Asuhan dan semacamnya. Skenario dimulai.

"Assalamu'alaikum wr wb, Alhamdulillahirabbil'aalamiin, Wabihii nasta'iin, 'alaa umuuriddunnya waddiin, dst...". Kemudian dia memberikan sedikit pengantar (semi ceramah) dimana isinya itu; Tuhan mencintai orang-orang yang beramal, bahwa sodara-sodara di luar sana masih membutuhkan uluran tangan, bahwa jalinan sosial harus tetap terjaga dan bla bla bla. Lima menit kemudian mereka mengambil kembali amplop-amplop yang telah dibagikan. "Terimakasih dan wassalaamu'alaikum wr wb". Mereka turun dari Bus.

Pantas nggak sih agama sampai "dikemas" sedemikian rupa?

04 Januari 2008

Peta Kehidupan

Pernahkah kita merencanakan masa depan? Pernahkah kita merancang konsep kehidupan seperti menulis sebuah buku atau novel? Barangkali itu akan memakan waktu yang lama dan berakibat sia-sia.
Ngomong soal cita-cita nih. Cita-cita saya dulu sering berubah semenjak umur bertambah. Pilihan cita-cita rasanya sangat terbatas. Hanya beberapa diantaranya yang masih saya ingat; misalnya ingin jadi dokter (seringkali menempati urutan awal), jadi insinyur, jadi pilot, jadi guru. Mungkin itu-itu saja. Tidak ada teman kecil saya yang mengatakan: "aku ingin jadi pengusaha".
Tambah beberapa tahun lagi penamaan cita-cita itu kian bertambah. Tapi, tetap saja. Sepertinya ada yang mengatur bahwa cita-cita itu harus setinggi langit, mulia, berguna bagi bangsa dan negara. Tidak boleh atau jangan sampai punya cita-cita yang sederhana, misalnya jadi tukang becak. Siapa sangka bahwa penarik becak bisa juga jadi kaya, juga bisa berarti mulia karena menjual jasa. Mengaqntarkan orang kesana kemari?
Pernah dulu saya kepingin menjadi pelukis, tapi akhirnya saya menghentikan niat tersebut, karena saya tahu bahwa profesi itu sering mempertaruhkan kehidupan. Dan sepertinya kurang cocok terhadap kepribadian saya. Masa depan yang saya rancang sejak dini menjadikan kehidupan saya serasa berbeda. Meskipun masa depan hari ini masih kasat mata nun jauh di sana.
Semua orang pada dasarnya ingin bahagia, ingin hidupnya sejahtera, berkecukupan dan tidak bermasalah, lalu masuk surga. Pada opsi yang terakhir, mungkin itu cita-cita saya sekarang.

02 Januari 2008

Gobl*k


Gobl*k
Menurut saya gobl*k adalah
(1) SUDAH BERTANYA TAPI MASIH TERSESAT DI JALAN
Mungkin karena terlalu lama hidup di kampung dan tidak menyempatkan jalan-jalan keluar kota
(2) MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN, APALAGI DI SUNGAI
Katanya kita sudah mulai peka lingkungan, katanya kita sudah menjunjung tinggi isu global warming
(3) TIDAK MAU KAWIN DENGAN LAWAN JENISNYA
Emang enak main pedang-pedangan? emang enak main tusuk-menusuk? hehe..
(4) BUANG-BUANG WAKTU UNTUK URUSAN YANG TIDAK JELAS
Masih mending kalo hobi main catur, ada yang dipikirin.
(5) HABIS MAKAN NGGAK MINUM
Mumpung air masih banyak tuh. Sekarang kan lagi musim hujan. Jangan nyiksa diri deh
(6) DAPAT SMS PENTING TAPI SENGAJA GAK DIBALAS
Semprul!! sibuk banget sih. Padahal sama temen sendiri.
(7) SOPIR ANGKOT YANG MENURUNKAN PENUMPANG PAS LAMPU HIJAU
Ini yang bikin jalanan tambah macet. Hampir tiap hari kejadian ini saya temui. Apa nggak ada alasan lain selain demi ngejar setoran?
(8) MENYEBERANG PAS LAMPU HIJAU
Kalo mau kreatif bukan gini caranya. Kalo ketabrak ntar siapa yang disalahin. Mbok ya sabar sebentar napa?
(9) TIDAK MAU BELAJAR DARI KESALAHAN
Kemarin sudah salah, eh sekarang salah lagi. Manusia memang tempat salah dan lupa, tapi sudah sepatutnya manusia bisa merubah dirinya sendiri.
(10) TIDAK MAU MENERIMA SARAN DAN KRITIK DARI ORANG LAIN
Kapan bisa maju kalo semua dinilai dari diri sendiri. Terkadang kritik itu pedas, tapi sehat loh!!
(11) TAKUT DENGAN MITOS ANGKA TIGA BELAS
Sampai-sampai nomor rumah nggak ada, lantai di gedung tempat kerja saya juga gak ada. Tapi kalo nomer hape saya nggak pernah ngecek sih.
(12) MENILAI DIRINYA SENDIRI SEBAGAI PRIBADI YANG PALING UNGGUL
Jangan terlalu pede dong. Ya jelaslah semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Mana ada yang sempurna di dunia ini. Emang lu siapa? Emang kamu punya dua penis? enggak kan..?