30 Maret 2008

Dimakan Saja Kuenya



Jika kebosanan sudah mulai memuncak maka alternatif yang bisa kita ambil adalah meninggalkannya (atau menciptakan sesuatu yang baru). Saya termasuk tipikal orang yang mudah bosan melihat angka. Melihat penjumlahan, pengurangan, dan seterusnya.

Beberapa mantan teman saya di bangku perkuliahan (dulu) memilih kampus FISIP ternyata mempunyai alasan serupa. Mereka mengira disana tidak akan menemukan dunia angka lagi, kecuali hanya statistika. Ruwet ketemu angka melulu. Mulai SD sampai SMA. Dua belas tahun lamanya. Sedangkan kalo di FISIP kita akan lebih banyak menggunakan kekuatan nalar kita, bagaimana kita ditantang untuk membaca fenomena sosial.

Tapi kenyataan memang tidak bisa dipungkiri, angka akan selalu berada di sekitar kita sampai kapanpun dan dimanapun. Termasuk dalam pekerjaan saya sekarang ini, dimana saya berhadapan grafik dan data setiap hari. Untung saya tidak bertugas menghitungnya. Saya hanya mendesainnya saja, mengolah dari data mentah menjadi tampilan visual yang enak dipandang.

Grafik macamnya banyak, salah satunya adalah grafik pie (lingkaran), yaitu grafik berbentuk lingkaran yang terbagi ke dalam beberapa bagian untuk membandingkan suatu nilai (proporsi) dari beberapa kategori. Kata lainnya adalah grafik yang berbentuk seperti kue pie. Bosan!! menjemukan. Lagi-lagi ketemu makhluk bernama definisi?? payah!!

Memang lebih enak makan kue pie-nya aja ya?

(Kalo pingin tahu macam-macam grafik silakan klik disini)

28 Maret 2008

Bersandiwara



Kalo ngomong soal pornografi di media (cetak/elektronik), sebenarnya siapa sih yang paling bersalah itu? apakah:
1. Modelnya (yang katanya profesional demi tuntutan pekerjaan)
2. Pemilik media (yang punya modal untuk menayangkan)
3. Seniman (yang katanya bermain dengan keindahan)
4. Masyarakat (yang belum bisa berpikiran maju-kedepan)

Kalau monyet sih nggak malu meskipun telanjang. Tapi meskipun begitu akhirnya gambar anunya saya sensor juga. Kata Mas Darwin (teori evolusi), monyet kan asal-usul manusia. Hayuu ngaku nggak??

Ngomong soal sensor mensensor nih, dalam hitungan beberapa hari ke depan pemerintah Indonesia akan menutup akses situs-situs yang berbau pornografi. Kapok!! rasain yang suka gatelan!!

Nonton film Indonesia di bioskop juga banyak sensornya. Huuh, padahal itu kan karya kreatif!! yang nggak disensor sampai sekarang itu ya nonton topeng monyet.
Sudah murah, meriah lagi... (tapi kasian monyetnya). Monyetnya dipaksa untuk bersandiwara, berlagak seperti manusia.

26 Maret 2008

Bahasa Jiwa, Bahasa Surabaya



Beberapa bulan yang lalu saya sering menemukan bahasa Palembang pada naskah (dari redaktur) yang mau dibuat kartun. Seringkali saya bingung karena nggak ngerti artinya, apa maksudnya. Kalo dipelajari sih sebenarnya bisa. Itupun sambil nanya teman di sebelah.

Saya lebih paham bahasa lokal suroboyoan. Meskipun sedikit kasar (kata banyak orang) sih. Tapi kalo mau belajar yang nggak kasar, pakai kertas gosok aja hua-hua-hua...

Dibawah ini contoh dialog anak Surabaya. Jangan ketawa ya sebelum membaca semuanya.
A: Ojo' nggondhok po'o. He!! dijak ngomong malah mbidek ae
B: Timbangane awakmu kakean cangkem
A: Yowis. Sepurane sing akeh. Eh iko lho (karo ndudhing) koyok-ane koen ditoleki bapakmu. Kajange lapo se marani awakmu?
B: Ojo' medhen-medheni ae ta la?!! paling bapakku kate njaluk diundhohno kathes maneh. Soale winginane wis kemampo.
A: Brati gak atek diimbuh meneh? engkok aku ngah-ono yo?
B: Koen arep pa? Biasane nek dike'i mesti diguak ngono.
A: Ngewenyhek. Yo gelem ma.
B: Tak ke'i loro. Sijine kanggo adekmu. Tapi urup-pono yo. Hehehe... Gak, gak!!. Guyon kok aku. Iki lho kathes-e, ojo' tukaran karo adekmu yo.
A: Ooo, lambhemu iku...

Artinya:
A: Jangan ngambek gitu dong. Hoi, diajak ngomok malah diam (seribu bahasa)
B: Daripada kamu kebanyakan omong
A: ya sudah. Aku minta maaf. Eh itu lho (sambil menunjuk) sepertinya kamu dicari ayahmu. Mau ngapain menemui kamu?
B: Jangan nakut-nakuti gitu?!! Mungkin ayahku mau minta di ambilkan pepaya lagi. Soalnya kemarin sudah matang.
A: Berarti nggak pake di simpan (dalam sebuah tempat yang hangat supaya cepat matang)? Ntar aku disisain ya?
B: Emang kamu mau? Biasanya kalo dikasi selalu dibuang gitu.
A: Menghina. Ya mau dong
B: Aku kasi dua. Satunya buat adikmu. Tapi ntar diganti ya. Hehehe... Nggak, nggak!! Aku bercanda kok. Ini lho pepayanya, jangan bertengkar sama adekmu ya.
A: Ooo, dasar (mulut) mu...

24 Maret 2008

Si Manis Infografis



Pernah dengar apa itu infografis? Saya akan memberikan sedikit informasi tentang definisi infografis yang saya ambil dari berbagai sumber.

Pertama, infografis adalah gabungan tema besar kejadian yang informasinya digali secara mendalam kemudian ditampilkan secara bersamaan beserta foto yang menjelaskan tiap sudut permalahan (Mg3)

Kedua, Infografis adalah bagian dari informasi visual dalam surat kabar, peranannya adalah merepresentasikan data-data angka, naskah, grafik, diagram dan peta. Istilah infografis dalam jurnalistik lebih dikenal dengan sebutan visual journalism, infografis dalam surat kabar menjadi bagian penting untuk menyampaikan suatu permasalahan berita kedalam bentuk visual (Deden Maulana A.)

Ketiga, Infografis adalah info dalam bentuk grafis yang bertujuan mempermudah pembaca dalam memahami suatu persoalan atau peristiwa (S. Malela Mahargasarie)

Anyway, setiap hari pekerjaan saya adalah membuat infografis. Tidak hanya tabel yang saya buat, tapi juga ilustrasi kronologi yang terkadang harus selesai dalam waktu yang singkat. Bayangin aja, membuat empat sampai tujuh infografis dalam semalam (durasinya sekitar lima jam). Sedikit kewalahan sih, karena saya dituntut untuk kerja cepat tapi hasilnya bagus. Teman saya yang juga buat infografis mengeluh. "oalah, buat grafis kok dimandori...". Hmmm, kasian banget ya.

Kalau mau bagus mungkin saya bisa. Tapi kalau diberi waktu cukup. Untungnya saya masih diberi kesempatan buat grafis satu halaman penuh (koran). Itu terjadi hanya seminggu sekali dan terbit tiap hari senin. Sementara yang harian adalah "grafis kebutan' (grafis yang digarap secepat kilat).

Secara umum infografis yang saya buat selalu berhubungan dengan permasalahan masyarakat. Tentang korupsi, kecelakaan, kebanjiran, narkoba, subsidi, sembako, pilkada, dll. Saya cuma berharap mudah-mudahan karya yang saya buat bisa dinikmati masyarakat dan mereka menghargainya. Itu saja. Memberikan informasi kan juga termasuk perbuatan yang mulia. Ya nggak??

Tapi saya terbuka kok untuk dikomentari, atau di kasi masukan. Kalau ada waktu silakan mampir ke web di bawah ini. Ada beberapa contoh karya saya:
usmany.deviantart.com
karyasaya.blogspot.com

Udah masuk ke web di atas belom. Tebak hayo koran apa itu??

23 Maret 2008

Blacky or Pinky



Seniman itu nyentrik? memang identik seperti itu. Ada seorang teman saya, selama saya mengenalnya tidak pernah melepas baju dan celana hitam yang melekat di tubuhnya. Wah, bau donk? ya enggak. Kan pakaian hitamnya banyak, tidak cuman satu atu dua potong. Kecintaannya pada warna hitam membuatnya enggan melepaskannya.


Jadi jangan heran kalo liat orang yang memakai pakaian lengkap asesoris serba hitam. Bisa jadi dia seorang seniman. Bisa jadi lho. Berarti tidak semua yang pakaiannya serba hitam itu seniman. Pesulap seperti deddy cobuzier juga pakai baju hitam. Beberapa wartawan juga gemar memakai hitam-hitam. Komunitas muslimin di Makassar (yang tahun kemarin merayakan idul fitri lebih awal) juga begitu. Kalo Ninja? maling? untuk mengelabui aja kali yak?!

Saya tidak begitu tertarik untuk memakai yang serba hitam. Karena kulit saya berwarna sawo matang (tidak hitam kelam). Kulit saya tidak seperti warga keturunan bule (nggak ada yang nanya ya??). Lagipula warna hitam juga lebih menyerap sinar matahari. Rasanya pasti panas kalo siang hari, seperti dipanggang hidup-hidup.
Warna hitam menjadi pilihan barangkali supaya tampak beda dengan yang lain. Lebih menonjol di tengah kerumunan orang. Begitulah kira-kira. Tapi ada juga yang memakai hitam sebagai simbol atas perlawanan. Sebuah bahasa komunikasi nonverbal untuk melawan.

Atau saya pakai warna pink aja ya supaya beda? hehe. Pasti tampak. Bodoh amat, lebih baik saya menjadi diri saya sendiri aja. Bebas memadu-padan-kan warna dengan selera saya sendiri. Yang penting enak dipandang dan nggak telanjang. Beres saya pikir

22 Maret 2008

Harus Halus



Menurut pengamatan saya, seorang seniman (baca: perupa) biasanya mempunyai perasaan yang lebih halus dalam berkarya rupa. Karena dalam proses kreatifnya seorang seniman dituntut untuk memahami karakter yang mereka hadapi. Misalnya nih, saat menggambar still life maka dia harus bisa membedakan bagaimana perbedaan goresan (pensil) untuk tekstur kain, buah, atau beling yang semuanya itu mempunyai ciri khas masing-masing.

Bingung ya? artinya begini. Fungsi pensil harus bisa dimanfaatkan secara tepat. Ada kalanya harus memakai pensil keras (kode H, HB, 2B, F) dan ada waktunya memakai pensil yang lunak (4B, 6B, EB, EE). Dengan penyesuaian yang pas maka pencapaian volume (isi/kedalaman) sebuah gambar bisa tercapai dengan mudah.

Kalo menggunakan pensil mekanik gimana dong? tidak masalah juga sih. Itu kan hanya permasalahan teknik saja. Yang terpenting disini adalah hasil karya seni yang bisa membuat decak kagum setiap orang yang meilhatnya.

Karena dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam berkarya, maka suasana sekitar juga harus mendukung. Pilihan musik berairama rock klasik atau smooth jazz mungkin bisa sedikit membantu. Tapi jangan salah, ada juga teman saya yang justru tiap nggambar malah nyetel musik cadas seperti System of Down, Korn, dan beberapa musik Underground lainnya (baca: black metal) yang saya sendiri tidak paham sama sekali lirik apa yang dinyanyikan. Pokoknya ada suara-suara aneh gitu deh. Teman saya yang lain mengatakan itu musik untuk pemuja setan. Hmmm betul nggak ya??

Kembali lagi pada yang halus (setan kalee??). Seniman sebagai makhluk sosial seharusnya bisa juga bertutur kata dengan pilihan kata yang halus--bagus. Sehingga orang tidak hanya suka dengan karyanya tapi juga suka kepribadiannya. Mantap, kan? tidak ada yang tersindir, tidak ada yang disakiti hatinya. Sebaliknya semua orang merasa nyaman dekat dengannya.

Maaf, gambar di atas bukan karya saya. Gambar asli diambil dari sini.

Piss...

Sudah-sudah



Nggak terasa sudah hampir setengah tahun saya menghabiskan waktu di Jakarta. Gedung Bimantara yang awalnya menjadi kantor tempat saya bekerja sudah empat hari ini saya tinggalkan. Semua karyawan yang di bagian produksi (termasuk artistik) pindah ke gedung sebelah yang hanya dua lantai itu.

Naik turun tidak lagi pakai lift. Saya yakin para redaktur atau mereka yang berlebihan lemak akan merasa senang karena secara tidak langsung mereka bakal diajak berolahraga secara teratur. Menapakkan kaki, satu demi satu anak tangga itu.

Jarak antara parkir motor dengan kantor sekarang jadi lebih jauh. Biarlah, saya masih bisa terima resiko itu. Jadi orang jangan manja, jangan mudah mengeluh. Itu yang sering saya tanamkan pada diri saya. Sudah untung saya diberi kesempatan bekerja. karena di luar sana banyak orang yang mengkernyitkan dahi memikirkan esok hari makan apa.

Sekolah sudah, kuliah sudah, belajar cari makan sendiri juga sudah. Masih ada satu tugas besar yang belum saya laksanakan hingga detik ini, yaitu menjalanakan prosesi pernikahan. Membayangkan betapa senangnya duduk di kursi pelaminan dengan diiringi doa restu kedua orang tua dan mertua. Tirai dibuka..., ciluk baaa...

Bekerja itu ibadah. Menikah juga ibadah. Itu kalau kita niati dengan sepenuh hati. Tapi hidup ini tidak akan lama lagi. Hanya beberapa detik lagi. Saya jadi pingin mengingat masa lalu. Saat bayi kenal asi, masa kanak-kanak sangat polos, masa remaja penuh asa. Nah sekarang, masa dewasa adalah masa produktif. Terus menikah dan punya keturunan. Kemudian jadi embah dan bersiap-siap menempati pemakaman. Singkat banget ya hidup ini

Di dalam liang lahat saya akan sendiri, tak ada yang menemani, seperti malam-malam yang sudah-sudah (lho ini kan lagu the Rock??). Jadi, selagi masih bernyawa, umur masih muda, saya ingin berkarya dan beribadah. What about you? Pernah mikir kayak gini?

19 Maret 2008

Terangsang Iseng



Iseng-iseng saya buat komik strip ini. Ini bukan komik strip humor lho, tapi komik ini mengangkat kisah realistis, yang dekat dengan kehidupan kia sehari-hari. Saya seringkali iseng, bikin gambar apa adanya. Mumpung tangan masih bisa bergerak dan mata masih bisa melihat.

Bagi saya, membuat coretan itu seperti bermain gitar. Semakin lama tidak dilatih akan semakin kaku tangan kita. Masak sih??

Saya dapat ide untuk menggambar katun tersebut kebetulan dari mimpi. Si tokoh utama adalah anak laki-laki berambut gondrong. Sebut saja namanya Prima. Maaf sebelumnya jika ada kesamaan karakter. Hehehe. Seseorang yang paling dibencinya adalah petugas keamanan (baca: polisi). Entah kenapa.

Awalnya begini: Prima menelpon temannya yang bekerja di sebuah bengkel, tepat di depan rumahnya. Prima mau meminjam obeng untuk memperbaiki PS kesayangannya karena ada baut di stick yang mau lepas. Prima turun dengan tergesa-gesa karena tidak sabar ingin segera melanjutkan permainan. Adik dan Ibunya menyapanya. Prima berhenti sejenak dan menjawabnya.

Waduh lanjutannya apa ya?? bersambung deh...
Dasar bener-bener iseng!!

18 Maret 2008

Inspirasi



Bagaimanapun juga inspirasi akan datang dari alam--lingkungan terdekat kita. Biasanya (menurut pengalaman pribadi saya) kekuatan inderawi yang peka terhadap kondisi (sosial) dapat lebih merangsang kita untuk berkarya.

Menciptakan karya se-perfect mungkin bagi seorang seniman adalah hal yang lumrah. Tapi kalo seniman menggambar sosok Tuhan?? siapa yang sanggup? Manusia tidak akan pernah sanggup untuk menggambar Tuhan. Karena Dia mempunyai sifat "Mukhalafatul lil hawaditsi" yang artinya tidak sama dengan makhluk ciptaanNya. Lho kok jadi ngomongin Tuhan sih?

Inspirasi bisa datang darimana saja. Ada yang dapat dari mimpi, saat bengong di toilet, saat membaca buku/majalah atau bahkan saat mendengarkan musik. Saya sangat bersyukur sampai hari ini internet bisa saya akses gratis 24 jam di tempat kerja saya. Tentu saja hal ini memudahkan dalam proses penciptaan karya.

Ayo, semangat lagi. Kantor baru, semangat baru!! yeaaah....

16 Maret 2008

Kartun Pengantar Tidur



Menurut penelitian di Inggris, kurang tidur memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kesehatan seseorang. Resikonya dua kali lebih besar cepat meninggal dibandingkan seseorang yang memiliki penyakit jantung (baca artikelnya di sini). Wuih, ngeri yak!

Menurut pengamatan saya (mungkin sedikit sok tahu), orang kurang tidur ada beberapa penyebabnya. Bisa karena aktivitas yang berlebihan, dan bisa juga karena susah tidur. Saya sepertinya masuk dalam kategori nomor dua. Tahu nggak penyebabnya?

Sepulang kerja (pagi hari) saya terbiasa jalan kaki selama sepuluh menit, dari perempatan pramuka ke tempat tinggal saya yang jaraknya sekitar dua kilometer. Dengan aktivitas seperti itu keringat bisa mudah saya keluarkan (meskipun tidak banyak). Akibatnya tubuh menjadi bugar, padahal semalam baru begadang.

Dalam kondisi normal, saya bisa istirahat (lalu tidur) beberapa jam kemudian--setelah meregangkan otot dan persendian. Tapi pada saat kondisi tertentu, tubuh saya tiba-tiba sangat susah untuk dikondisikan. Mata masih terjaga dan rasa kantuk pun hilang sama sekali. Kalo sudah seperti ini apa yang akan saya lakukan?

Biasanya, saya akan baca buku atau iseng corat-coret di atas kertas. Gambar diatas saya buat tadi siang, saat mata saya masih tak terpejamkan. Maksudnya sih mau gambar walikota Batam, Drs.H. Ahmad Dahlan. Dari tiga gambar itu mana ya yang paling mirip?

15 Maret 2008

Ruang Apresiasi



Ada yang bilang grafis karya saya makin hari makin mantap. Padahal saya lebih senang mendapat saran dan kritik daripada pujian. Mendapatkan pujian membuat saya stagnan. Sepertinya berhenti di tempat.

Justru dengan ketidakpuasan itulah semangat saya untuk berkarya selalu membara. Deadline yang mepet membuat saya terbiasa mengerjakan sesuatu dengan cepat. Redaktur yang minta cepat tapi bagus mau nggak mau harus dituruti, meskipun ada beberapa kasus yang terkadang masih bisa dikompromi.

Berada di depan komputer mungkin kelihatan seperti sedang bermain. Bagaimana tidak, internet online (24jam nonstop), suara musik hingar bingar (kadang-kadang). Sebelah kanan suka nyetel musik cadas, sebelah kiri suka nyetel nasyid. Alamaaak!!. Tapi untung teman saya itu rukun-rukun aja.

Kembali lagi soal karya saya. Karena ingin banyak mendapat apresiasi dari banyak orang, maka saya memutuskan untuk membuat satu blog lagi yang sudah saya launching awal bulan maret lalu. Nama situsnya karyasaya.blogspot.com
Disana terpajang beberapa ilustrasi saya, mulai dari yang manual sampai digital.

Sekedar informasi, infografis kronologi di atas adalah kolaborasi antara saya untuk vector artist-nya dan satu teman saya untuk membuat sketsanya. Infografis tersebut akan diterbitkan di koran SINDO pada hari minggu, 16 maret 2007 halaman 9 Palembang.

13 Maret 2008

Usahlah Kau Menangis


"Sudahlah, usahlah kau menangis. Itu kan cuma film". Ujar Joko setelah dia mendengar lantunan soundtrack ayat-ayat cinta yang keluar dari sepasang loud speaker kecil di sisiku. "Ah kau ini, bilang aja kalau mau nonton juga. Nggak usah malu-malu", sahutku. Memang, saya tidak sampai mentikkan air mata melihat film itu. Tapi kepedihan dan kebingungan si tokoh utama bisa saya rasakan.

Memilih jodoh adalah hal yang tidak mudah. Islam yang menuntun kita untuk percaya bahwa Tuhan telah mengatur semuanya, mengajarkan kita untuk selalu berusaha--mendapatkan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dan selanjutnya adalah pasrah. Percaya bahwa manusia tidak diberikan cobaan melebihi batas kemampuannya.

Sungguh, berbuat baik pada sesama muslim adalah sebuah kewajiban. Tapi saya tahu itu sulit dilakukan. Entah karena perasaan duniawi yang mendobrak nurani, ataukah karena ego tinggi yang kita miliki. Selain dari agama, ajaran dari kaum sosialis seperti Karl Marx pun juga demikian. Jadi, sekolah tinggi sampai di luar negeri--seperti dalam film yang saya lihat barusan itu--bukan jaminan untuk mendapatkan ketentraman hati. Jiwa yang suci hanya dimiliki si budi pekerti.

"Mas pesan grafis lima kolom ya, mas", ledek temanku yang tadi sambil pura-pura melucu. Niatnya pingin ganggu konsentrasi saya menikmati film itu.

Ingatan untuk mencintai sesama (muslim) masih membekas dalam diri saya. Oya, hari ini saya mau ngapain ya? hari ini kan liburan. Kenapa saya bisa dapat jatah libur hari kamis?? Memang, pekerjaan sebagai ilustrator media tidak bisa disamakan dengan pekerja kreatif yang lainnya (baca: agency periklanan, creative boutique, dll). Mereka bisa libur sabtu minggu. Artinya bisa melepas hari yang penat dengan meninggalkan rutinitas.

Ingin rasanya ada hari khusus dimana saya bisa menikmati dunia sembari berdzikir, mengagungkan nama Tuhan. Seringkali, saat ibu saya telpon, nasehat utamanya adalah jaga diri baik-baik selama di Jakarta, jangan lupa sholat lima waktu juga.

Bersyukur juga saya bisa menginjakkan kaki di lantai 22 gedung Bimantara ini. Lantai yang dihuni pekerja media yang selalu ramai memenuhi mushalla, ruangan kecil di pojok itu. Setiap pukul 18.30WIB mereka berkumpul mengambil air wudlu. Lalu merapatkan barisan dalam satu imam. Berjama'ah dan berdo'a bersama. Sungguh indahnya.

Apakah ini berlaku sama di semua orang yang bekerja di media? ataukah ini hanya sebuah fatamorgana belaka? mereka yang hanya ingin dekat dengan Tuhan karena tidak mau terjerumus dengan neraka Jakarta???

Saya tidak tahu. Saya juga tidak mau su'ud dhon (berprasangka buruk) dan menimbulkan fitnah. Karena dalam film ayat-ayat cinta tersirat pesan serupa. Oh, andai saja saya pemeran utamanya ....

12 Maret 2008

Antown in a Town


Ingin menjadi warga kota harus tahu banyak hal. Termasuk bagaimana cara menyantap sajian makanan. Saya jadi teringat saat semester awal di perkuliahan. Suatu malam saya bersama dua orang sahabat makan di warung. Maksud saya sebuah rumah yang dimodifikasi menjadi warung gitu. Tempatnya tdak jauh dari kontrakan saya.

Lalapan, sebuah menu hidangan khas mahasiswa Malang kita pesan. harganya murah meriah. Nggak sampai empat ribu perak sudah dapat satu porsi ditambah teh hangat. Lumayan, untuk mengisi perut yang kosong.

Pesanan kami sudah datang. Nggak pake lama kami segera menyantapnya. Di sela-sela makan itu, pelan-pelan obrolan ringan mulai keluar. Maklum, selain doyan sambal terasi kami juga doyan diskusi. Bahasa ilmiah sedikit banyak keluar dari mulut kita. Rasanya tak tertahankan. Dasar sok mahasiswa kala itu. Pedasnya sambal Mister Dragon (julukan teman-teman untuk pemilik warung) menambah seru suasana makan malam.

Anyway, waktu masih kecil dulu, orangtua saya pernah mengajari beberapa hal tentang atauran makan. "Kalau makan jangan berbicara ya...., ... kalau makan juga harus menggunakan tangan kanan". itu saja yang paling saya ingat. Saya pikir tidak ada salahnya untuk saya praktekkan dalam kehidupan saya sampai dewasa ini.

Akan tetapi malam itu saya melanggar aturan yang pernah diajarkan. Saya sadar sebenarnya. Saya berbicara saat makan. Oh, no! Tapi saya mendapatkan pelajaran yang juga lebih berharga saat itu. Yaitu tentang etiket perjamuan makan atau bahasa populernya disebut table manner.
"Ton!, kamu ini kalo makan kayak apa aja!!" semprot sahabat perempuan saya.
"Emang kenapa? ada yang salah??", tanya saya kebingungan.
"Cara makan kamu itu lho", jawabnya singkat.
"Iya knapa?" saya bingung dibuatnya.
"Masak cara mengunyah makanan kayak gitu. Kalu makan jangan dikecap. Jangan sampai terdengar kecapan dari mulutmu", jelasnya halus. "nggak sopan kalo kamu kayak gitu, Ton!", tambahnya lagi.

Untung dia sahabat saya, jadi tidak ada masalah dengan apa yang barusan dia katakan. Niatnya baik, ingin mengajarkan cara makan yang benar.

Saya mengiyakan saja. Karena saya salah dan ingin belajar dari kesalahan. Apa yang dikatakan sahabat saya itu ternyata benar. ketika ada kesempatan ke Surabaya, saya memperhatikan cara makan orang-orang di sekitar lingkungan saya. "Celaka, sudah sekian tahun ya cara makan saya seperti mereka?? kelihatan kampungan banget?!", keluh saya dalam hati. Sepertinya saya berhutang budi pada sahabat saya yang sudah mengajari ilmunya. Saya harus berterima kasih kepada dia.

Memang sih tidak wajib menerapkan hal tersebut pada jamuan makan, cuma akan ada sanksi sosial jika kita tidak tahu aturan mainnya. Apalagi saat makan dengan orang-orang kota. Bisa jadi gara-gara hal sepele tersebut orang lain akan menganggap kita kurang berpendidikan. Oalah... gitu ta?

Ya sudah..., itu hanya cerita singkat saya. Sekarang ayo temani saya makan disana. Yuk!! Ora usah isin dadi wong ndeso urip nang kuto (tidak usah malu jadi orang desa yang hidup di kota)

11 Maret 2008

Aspal (asli tapi palsu)


Saya berdiri di depan ATM. Di sebuah lorong yang kemudian banyak orang menyebutnya sebagai plaza. Mungkin karena tempatnya yang rada mewah. Saya masih (belajar) antri dengan tiga orang di depan saya.

Orang paling depan berbagi tempat dengan kekasihnya. Urutan kedua seorang warga keturunan yang dari gerak-geriknya sepertinya kebanyakan uang. Lalu belakangnya lagi (persis di depan saya) seorang pemuda sedikit tergesa-gesa. Transaksi cepat sekali dia lalui. Mungkin ATM-nya kosong karena belum ditransfer.

Giliran saya tiba. Enam digit nomor pin saya masukkan. Transaksi baru saja dimulai. Keluar beberapa lembar uang, tidak begitu banyak. Uang pertama yang berwarna biru itu keluar. Ciluk baa!! Begitu mengejutkan saya karena uang tersebut telah dicoret oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Padahal, tadi saya mengira akan mendapatkan uang yang masih bagus dan kinyis-kinyis (buh!! bahasa apaan tuh).

Oknum kreatif yang menorehkan tinta di atas uang kertas sudah lama ada. Mungkinkah saya salah satunya? (hmmm...) Saya masih ingat beberapa tahun silam. Saya menemukan sebuah uang dengan tulisan beberapa kalimat. Sepertinya sih surat cinta gitu. Lain hari saya menemukan ada nama orang lengkap dengan nomor teleponnya. Saya bertanya dalam hati, apakah uang juga menjadi media komunikasi kala itu? dimana hp masih sangat jarang yang punya??

Kalau saja gambar yang di uang bisa kita ganti dengan foto kita, mirip template di blog. Mungkin banyak orang narsis yang tertarik untuk menempel muka manis. Jangan ah!! uang kan termasuk karya seni. Mending yang seneng gambar uang ikut sayembara desain uang saja. Buat yang bagus dan tidak mudah ditiru. Siapa tahu Deputi Bank Indonesia tertarik hehe. Jangan kayak uang yang kita pakai sekarang. Banyak yang aspal (asli tapi palsu).

Sebel...

06 Maret 2008

Tikus Bagus Jangan Diberangus



Tikus selalu membuat ulah dimana saja. Apa saja dimakan. Mulai dari kertas, plastik, hingga makanan yang kita makan. Tidak heran jika kita lihat sosok si tikus akhirnya dihubung-hubungkan dengan kelakuan bak koruptor di negeri ini. Mereka makin menjamur, tumbuh subur tidak hanya di kota-kota besar. Kota kecil juga menjadi incaran.

Berarti tikus binatang parasitisme dong? eitsss, jangan dulu ambil kesimpulan. Terlalu dini kalo ambil kesimpulan seperti itu sebelum baca lanjutan paragraf di bawah.

Tikus memakan apa yang mereka lihat. Tubuh yang sudah gendut tidak membuat mereka berhenti untuk memakan apa saja, kecuali makan kucing. Ngggak mungkin banget!! dan akhirnya tikus yang sudah mewabah dibasmi dengan cara apapun. Di sawah mereka dicari, di rumah mereka juga dibantai. Kucing selain sebagai binatang peliharaan (pets animal) sekaligus menjadi satpam rumah. Kali aja tikus yang nakal dan membuat onar. Hmmm..., perasaan tikus gak ada yang baik ya.

Merugikan memang. Tapi tikus juga diburu untuk disulap menjadi uang. Bagaimana caranya? daging tikus diburu dan diolah menjadi pengganti daging. Harga daging (sapi) yang kian meroket membuat orang harus berpikir lebih kreatif. Dagangan penjual tidak akan ada yang membeli kalo harga jualnya mahal. Barangkali seperti itu alasan mereka.

Berdasarkan data yang saya peroleh di situs beritajakarta.com harga satu kilogram daging sudah tidak karuan. Dari Rp55.000/kg berubah menjadi Rp60.000/kg. Itu terjadi beberapa minggu yang lalu. Kalo sekarang saya mah nggak tau. Saya bukan penjual daging, mas

Yup!! hubungannya tikus dengan dunia saya apa hayo? coba tebak! sebagai ilustrator yang pekerjaannya bermain dengan gambar, beberapa model tikus pernah saya buat di infografis. Tikus berarti menggambarkan kebejatan moral pemimpin bangsa kita. Makin banyak koruptor makin banyak tikus yang akan menghiasi halaman koran yang akan kita lihat. Bosen ya? sebenarnya iya sih.

Saya tidak terlalu suka dengan perilaku si tikus. Saya tidak bisa bergaul dengan si tikus. Saya butuh tikus model baru untuk menceritakan koruptor yang hari ini kian kreatif itu. Mmm, dapet darimana ya?

Tikus yang dikategorikan sebagai binatang pengerat memang menjadi musuh banyak orang. Tapi tidak semua predikat buruk disandang oleh tikus. Di Indonesia, ada tanaman ajaib yang terbukti bisa mengobat berbagai jenis sel kanker, nama tanaman itu adalah "keladi tikus". Hihihi, lucu bukan?

Anyway, tikus ternyata juga membantu dunia medis. Tikus sering menjadi bahan percobaan untuk berbagai penelitian. Kalo nggak tikus ya kelinci. Kata orang sih pada tubuh tikus terdapat beberapa hal yang mirip dengan tubuh manusia. Maka jangan heran kalo ada orang mati karena minum obat. Bisa jadi obat tersebut belum diujicobakan pada tikus.

"Punya tikus bagus nggak, bos??", kata saya pada ilustrator di samping saya di sela-sela proses kreatif pembuatan grafis.

05 Maret 2008

Vignetic



Saya tidak tahu kenapa blog saya dua hari terakhir berisi karya (eksperimental) saya. Blog mungkin penyelamat untuk sementara, coz saya khawatir begitu semua file di komputer dihapus maka arsip saya akan hilang selamanya.
Kalo di blog saya pikir juga tidak ada masalah. Orang bisa menikmati (kalo menyukai) dan mencaci maki (kalo membenci) karya saya.

Suka dengan karya saya?? copy saja, saya persilakan kok. Tapi mohon untuk tidak dikomersilkan

04 Maret 2008

Yasinan Tiga Kali


"Mas, malam ini baca Yasin tiga kali ya? buat nolak bala' katanya", jelas bulekku. "Yasin, yasin, yasin. Udah kan?", aku balik menjawab
"Buka gitu...", sahutnya
...

Membaca surat yasin pada hari-hari tertentu bagi orang NU adalah hal yang penting. Mereka percaya bahwa membaca surat yasin banyak keutamaan yang bisa mereka dapatkan. Misalnya untuk menolak bala' atau musibah yang akan menimpa kita.

Pada hari kamis misalnya, makan sunan ampel--yang menjadi kawasan wisata religi di Surabaya--pasti dipenuhi oleh ratusan peziarah yang berasal dari berbagai daerah. Sebagian besar masih wilayah Jawa Timur. Kalo jum'at legi, atau malam ganjil di bulan Ramadlan tempat itu seperti sarang semut. Entah berapa ratus ribu orang yang kumpul disana. Numplek blek kata orang Jawa.

Semua orang yang ingin merayakan malam istimewa di bulan suci memilih ampel sebagai tempat yang pas untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik. Tidak hanya makam sunan ampel yang mereka tuju, beberapa orang yang dianggap syekh juga mereka kunjungi. Kalo mau ngantri wudlu barangkali harus bersabar karena, panjangnya tidak kalah seperti kita antri tiket di loket bioskop.

Kian malam kian banyak jumlah peziarah yang datang. Sebanding dengan konser Peter Pan mungkin. Sayang, tempatnya yang sempit membuat kita terkadang ingin menjerit. Berjubel-jubel saat mau masuk atau keluar.

Baiklah, pertanyaan sekarang apakah kita mengetahui arti yasin itu sendiri. Apa terjemahan dari yasin? kandungan secara tekstual? secara harfiah yasin tidak ada artinya. "Hanya Allah yang Maha Tahu", begitu kata mereka yang pernah belajar terjemahannya.

Yasin dibaca tiga kali? pernahkan kita melakukannya? ah sudahlah...., gak perlu dikritisi lagi. Kalo hati kita sudah yakin dan mantap kita lakukan saja.

Untitled 01


Saya buat karya ini dengan teknik manual dengan sedikit sentuhan Adobe Photoshop CS2. Coloring menggunakan mode luminosity. Saya belum ada judul yang pas, karena proses pembuatannya tadi iseng dan coba-coba saja. Karena saya suka hasil akhirnya, ya saya upload deh.

Saran dan kritik terbuka...

02 Maret 2008

Anak Menteng yang Tidak Mentereng


Jalan Matraman Dalam adalah tempat tinggalku sekarang. Sebuah tempat yang menurutku cukup strategis karena letaknya yang masih di tengah Kota. Akses ke stasiun dan terminal cukup dekat.

Saya pilih lokasi di daerah ini karena tempatnya ada di dalam kampung. Suara bising motor tidak lagi mengepung. Istirahat jadi lebih tenang, meskipun cuma sekedar rebahan beberapa jam.

Tapi kekurangan pasti ada saja. Beberapa penjual makanan yang lalu lalang menjajakan makanannya justru memasang harga yang agak tinggi. Sementara warung makanan hanya bisa ditemukan di luar sana, dekat dengan jalan raya. Kita harus berjalan kaki atau naik motor dulu.

Terserah orang mau bilang kost saya seperti apa, tapi untuk sementara saya masih betah. Ada pembantu yang rajin bersih-bersih tiap pagi dan sore. Tanaman hijau juga masih terawat, artinya obat stress tidak perlu dicari jauh-jauh. Kalau saya harus ke tempat dugem bisa tambah stress lagi.

Jakarta bukan tempat untuk tidur atau bersantai. Jakarta tempat bekerja dan mengembangkan usaha. Maka cari kost di Jakarta bagi saya cukup yang sederhana saja. Belum butuh parkir mobil atau yang ada fasilitas lapangan tenis atau kolam renangnya. Nyuci dan setrika masih bisa saya lakukan sendiri.

Pernah saya iseng cari kost di dekat tempat saya bekerja di kawasan Menteng. Saat itu masih beberapa minggu menjadi karyawan baru. Saya menemukan kost yang sesuai dengan kategori saya; tidak jauh, banyak penjual makanan, dan dekat sama masjid. Saya masuk dan tanya-tanya fasilitasnya.

"Kalo disini mas, ada spring bednya, lemari bagus, kamar mandi shower, dan gratis cuci setrika. Mas juga bisa kok pulang malam", jelas penjaga kost panjang lebar.
"Ooo iya, bagus itu. Tapi harganya berapa ya untuk kamar yang biasa?", tanya saya.
"Kalo yang biasa itu harganya Rp800.000/bulan", jawabnya lagi.
"Yaudah, mas, terima kasih ya".

Saya segera meninggalkan tempat itu. Tidak tertarik nanya berapa harga sewa kamar yang ada AC-nya. Busyet! uang delapan ratus ribu buat ngekost trus saya makan daun, apa?

Tapi saya tertarik (lagi) setelah ngobrol sama seorang teman beberapa hari yang lalu. Dia dapat kost baru, campur cowok cewek, harganya juga tidak terlalu mahal. Cuma tiga ratus ribu doang, harga standar untuk ukuran Jakarta. Tahu nggak tempatnya dimana? tempatnya di jalan jaksa, tempat yang terkenal banyak rumah makan murah.

Selain itu tempat ini juga menjadi kawasan wisata (malam), tempat nikmat bagi mereka yang doyan hiburan duniawi. Mulai dari yang gay, lesbon, sampai yang bule ada.

Hmmm, besok pindah kost nggak ya? Enggak ah. I love Matraman very much.

01 Maret 2008

Cuma Empat Menit


Ngaku orang Indonesia? pasti kita kenal sama Aming. Pelawak kelahiran Bandung ini memang total dalam berkarya. Dalam ajang Panasonic Award yang lalu dia berhasil menyabet gelar sebagai pelawak terfavorit (kapanlagi.com).

Kenal juga sama Ahmad Dhani? pentolan grup band Dewa ini memang seniman yang serba bisa. Nyanyi jago, main musik jago, bahkan ngedesain cover album pun jago. Saya menyebut dia seniman serba bisa. Di dunia infotainment, sosok Dhani selalu jadi incaran. Bahan yang asyik untuk tema obrolan ibu-ibu gosipers.

Lalu pernahkah kita mengingat nama orang yang belum terkenal? Misalnya nama teman satu kantor kita (dalam satu ruangan saja)? hal yang rada sulit bagi saya adalah mengingat kembali nama nama-mereka, apalagi kalau baru saja kenalan. Kali ini saya akan mencoba menyebutkan nama-nama mereka dan menghitungnya dalam menit. Seberapa cepat daya ingat saya. Semoga saya tidak mengalami kendala.

Oke, asep, udi', mas tyud, memey, boby, tony, giant, arip, pak wishnu, pak jessy, kenthung, mas pepeng, edi, pak bona, indro, udin, indra, si jun, qomar, mas bay, joko, gendut, naip, pak agus, pak totok, togar, gondrong, pak taka, siapa lagi ya??? waduh saya lupa.

Nama-nama mereka saya sebutkan dimulai pukul 03.42WIB-03.46WIB, artinya saya memerlukan waktu empat menit untuk mengingat 29 nama orang. Lemot nggak ya? coba sekarang kalian coba sendiri permainan ini.