12 Maret 2008

Antown in a Town


Ingin menjadi warga kota harus tahu banyak hal. Termasuk bagaimana cara menyantap sajian makanan. Saya jadi teringat saat semester awal di perkuliahan. Suatu malam saya bersama dua orang sahabat makan di warung. Maksud saya sebuah rumah yang dimodifikasi menjadi warung gitu. Tempatnya tdak jauh dari kontrakan saya.

Lalapan, sebuah menu hidangan khas mahasiswa Malang kita pesan. harganya murah meriah. Nggak sampai empat ribu perak sudah dapat satu porsi ditambah teh hangat. Lumayan, untuk mengisi perut yang kosong.

Pesanan kami sudah datang. Nggak pake lama kami segera menyantapnya. Di sela-sela makan itu, pelan-pelan obrolan ringan mulai keluar. Maklum, selain doyan sambal terasi kami juga doyan diskusi. Bahasa ilmiah sedikit banyak keluar dari mulut kita. Rasanya tak tertahankan. Dasar sok mahasiswa kala itu. Pedasnya sambal Mister Dragon (julukan teman-teman untuk pemilik warung) menambah seru suasana makan malam.

Anyway, waktu masih kecil dulu, orangtua saya pernah mengajari beberapa hal tentang atauran makan. "Kalau makan jangan berbicara ya...., ... kalau makan juga harus menggunakan tangan kanan". itu saja yang paling saya ingat. Saya pikir tidak ada salahnya untuk saya praktekkan dalam kehidupan saya sampai dewasa ini.

Akan tetapi malam itu saya melanggar aturan yang pernah diajarkan. Saya sadar sebenarnya. Saya berbicara saat makan. Oh, no! Tapi saya mendapatkan pelajaran yang juga lebih berharga saat itu. Yaitu tentang etiket perjamuan makan atau bahasa populernya disebut table manner.
"Ton!, kamu ini kalo makan kayak apa aja!!" semprot sahabat perempuan saya.
"Emang kenapa? ada yang salah??", tanya saya kebingungan.
"Cara makan kamu itu lho", jawabnya singkat.
"Iya knapa?" saya bingung dibuatnya.
"Masak cara mengunyah makanan kayak gitu. Kalu makan jangan dikecap. Jangan sampai terdengar kecapan dari mulutmu", jelasnya halus. "nggak sopan kalo kamu kayak gitu, Ton!", tambahnya lagi.

Untung dia sahabat saya, jadi tidak ada masalah dengan apa yang barusan dia katakan. Niatnya baik, ingin mengajarkan cara makan yang benar.

Saya mengiyakan saja. Karena saya salah dan ingin belajar dari kesalahan. Apa yang dikatakan sahabat saya itu ternyata benar. ketika ada kesempatan ke Surabaya, saya memperhatikan cara makan orang-orang di sekitar lingkungan saya. "Celaka, sudah sekian tahun ya cara makan saya seperti mereka?? kelihatan kampungan banget?!", keluh saya dalam hati. Sepertinya saya berhutang budi pada sahabat saya yang sudah mengajari ilmunya. Saya harus berterima kasih kepada dia.

Memang sih tidak wajib menerapkan hal tersebut pada jamuan makan, cuma akan ada sanksi sosial jika kita tidak tahu aturan mainnya. Apalagi saat makan dengan orang-orang kota. Bisa jadi gara-gara hal sepele tersebut orang lain akan menganggap kita kurang berpendidikan. Oalah... gitu ta?

Ya sudah..., itu hanya cerita singkat saya. Sekarang ayo temani saya makan disana. Yuk!! Ora usah isin dadi wong ndeso urip nang kuto (tidak usah malu jadi orang desa yang hidup di kota)

6 komentar:

Unknown mengatakan...

Makasih sudah mampir....
Memang cara makan orang Jawa yang khas, sering dianggap kampungan. sampai sekarang kadang tanpa sadar saya masih suka duduk mencangkung, pakai tangan dan saat keopedasan mulut dengan cueknya membuka Hah.. hah....:)

Unknown mengatakan...

Makasih sudah mampir....
Memang cara makan orang Jawa yang khas, sering dianggap kampungan. sampai sekarang kadang tanpa sadar saya masih suka duduk mencangkung, pakai tangan dan saat keopedasan mulut dengan cueknya membuka Hah.. hah....:)

Anonim mengatakan...

hikhik .. jadi inget waktu kecil pernah di marahin Babeh ... gara2 makan "bunyi" Beliau bilang "kayak kuda.." waduh .. tapi kuda poni yah Beh .. hehe!Ilmu yang sangat berguna .. pas kudu table manner jaman kulih dulu..

Kewajiban buat ngajarin Nanay ...
salam kenal .. juga !!

Anonim mengatakan...

Hi salam kenal yah...iyah waktu aku kecil pun dinasehati cara makan seperti sama neneku, lalu sampai sekarang kami makan seperti itu, dan kuterapkan juga pada anak-anak ku biar mereka makan dengan sopan, salam manis

Anonim mengatakan...

Kalo kebiasaan jelek aku itu ngunyah mulutnya agak terbuka. Buat perempuan seperti diriku memang sangat tidak sopan, kadang ampe beberapa kali di tegor sang doi. Alhasil aku perhatiin lebih lama, doi aku jadi ketularan aku hohohoho ^o^

antown mengatakan...

orangtua selalu memberikan perhatian kepada anaknya. Tapi saya heran kenapa orangtua rela mengajak anaknya berpartisipasi "mencari nasi" di perempatan jalan raya?
Tidak sult menemukan, bukan?