04 Januari 2008

Peta Kehidupan

Pernahkah kita merencanakan masa depan? Pernahkah kita merancang konsep kehidupan seperti menulis sebuah buku atau novel? Barangkali itu akan memakan waktu yang lama dan berakibat sia-sia.
Ngomong soal cita-cita nih. Cita-cita saya dulu sering berubah semenjak umur bertambah. Pilihan cita-cita rasanya sangat terbatas. Hanya beberapa diantaranya yang masih saya ingat; misalnya ingin jadi dokter (seringkali menempati urutan awal), jadi insinyur, jadi pilot, jadi guru. Mungkin itu-itu saja. Tidak ada teman kecil saya yang mengatakan: "aku ingin jadi pengusaha".
Tambah beberapa tahun lagi penamaan cita-cita itu kian bertambah. Tapi, tetap saja. Sepertinya ada yang mengatur bahwa cita-cita itu harus setinggi langit, mulia, berguna bagi bangsa dan negara. Tidak boleh atau jangan sampai punya cita-cita yang sederhana, misalnya jadi tukang becak. Siapa sangka bahwa penarik becak bisa juga jadi kaya, juga bisa berarti mulia karena menjual jasa. Mengaqntarkan orang kesana kemari?
Pernah dulu saya kepingin menjadi pelukis, tapi akhirnya saya menghentikan niat tersebut, karena saya tahu bahwa profesi itu sering mempertaruhkan kehidupan. Dan sepertinya kurang cocok terhadap kepribadian saya. Masa depan yang saya rancang sejak dini menjadikan kehidupan saya serasa berbeda. Meskipun masa depan hari ini masih kasat mata nun jauh di sana.
Semua orang pada dasarnya ingin bahagia, ingin hidupnya sejahtera, berkecukupan dan tidak bermasalah, lalu masuk surga. Pada opsi yang terakhir, mungkin itu cita-cita saya sekarang.

Tidak ada komentar: