10 Desember 2007

Kebebasan

Udah pada tahu kan kalo di Nusa Dua, Bali, bulan Desember ini sedang diselenggarakan UNFCCC (United Nations for Climate Cahnge Conference)? Disana sedang seru-serunya membahas isu pemanasan global dan bagaimana mengatasinya. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, sekumpulan mahasiswa di Jakarta, beberapa hari kemarin, justru sedang berkumpul untuk mengkritisinya; "jangan-jangan apa yang sedang dilakukan oleh mereka di Bali hanya bualan belaka dan tidak ada tindakan nyata". Kurang lebihnya mungkin seperti itu.

Memang enak jadi mahasiswa di jaman sekarang, bisa meneriakkan gagasan yang mengganggu pemikiran kita. Nggak kayak saat jaman orde baru yang sangat membelenggu kebebasan kita. Orang mau bergerak sedikit sudah disikut, mau berbicara sedikit sudah disumpal, apalagi mau melawan. Sudah berani ya sama yang petugas yang megang senapan? Itu sih dulu..., padahal itu benar-benar melanggar hak asasi manusia.

Hari ini kita bebas meluapkan ekspresi asal tahu aturan dan etikanya. Ekspresi yang dimaksud adalah kebebasan untuk mengkritisi segala kebijakan yang dilakukan oleh birokrasi. Tidak perlu takut sama aparat, tidak perlu pake topeng atau bersembunyi di belakang serambi. Nggak usah malu untuk berkata tidak. Kebebasan itu bisa kita wujudkan dalam bentuk aksi nyata, misalnya unjuk rasa, melalui aktifitas menulis di media, buku, blog (seperti sekarang ini), atau melalui aktifitas berkesenian, kampanye dan sebagainya.

Sebagai masyarakat Timur, mungkin kita akan sangat malu kalo unjuk rasa dengan cara telanjang. Di Indonesia secara umum, cara seperti ini mungkin akan dianggap aneh (baca: gila) oleh masyarakat awam, bahkan mungkin aparat tidak segan-segan akan segera menindak. Tapi, kalo di Bali--karena di sana banyak warga asing yang berwisata--justru sudah terjadi. Banyak bule yang ikut aksi mengusung isu global warming dengan mengenakan pakaian pantai yaitu bikini. Lha iyalah, orang mereka sedang ada di pantai. He he he..., Ratusan orang berdiri melingkar membentuk bumi dunia. Kebetulan saya sempat melihat fotonya yang diambil dari atas (mungkin yang motret saat itu naik pesawat terbang).

So what?? jangan siksa diri kita memendam semua rasa; gara-gara nggak sependapat dengan orang lain. "Luapkan semuanya dan angkat tangan kiri kita!!". Simbol bahwa kita melakukan perlawanan. Kalo jiwa perlawanan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, niscaya kita terbiasa untuk bersikap kritis dan analitis.

Di beberapa lokasi dekat tempat saya bekerja terpasang spanduk KPK yang berisikan himbauan agar kita melaporkan jika terjadi tindak korupsi. Pemerintahan sekarang begitu semangat untuk mengajak segenap masyarakat--memberangus korupsi dengan mengajak aktif warga Ibukota pada khususnya. Upaya yang bagus untuk saat ini. Rupanya birokrasi sudah berani untuk ditelanjangi sendiri. Sampai kapan?

Tidak ada komentar: