Jika kebosanan sudah mulai memuncak maka alternatif yang bisa kita ambil adalah meninggalkannya (atau menciptakan sesuatu yang baru). Saya termasuk tipikal orang yang mudah bosan melihat angka. Melihat penjumlahan, pengurangan, dan seterusnya.
Beberapa mantan teman saya di bangku perkuliahan (dulu) memilih kampus FISIP ternyata mempunyai alasan serupa. Mereka mengira disana tidak akan menemukan dunia angka lagi, kecuali hanya statistika. Ruwet ketemu angka melulu. Mulai SD sampai SMA. Dua belas tahun lamanya. Sedangkan kalo di FISIP kita akan lebih banyak menggunakan kekuatan nalar kita, bagaimana kita ditantang untuk membaca fenomena sosial.
Tapi kenyataan memang tidak bisa dipungkiri, angka akan selalu berada di sekitar kita sampai kapanpun dan dimanapun. Termasuk dalam pekerjaan saya sekarang ini, dimana saya berhadapan grafik dan data setiap hari. Untung saya tidak bertugas menghitungnya. Saya hanya mendesainnya saja, mengolah dari data mentah menjadi tampilan visual yang enak dipandang.
Grafik macamnya banyak, salah satunya adalah grafik pie (lingkaran), yaitu grafik berbentuk lingkaran yang terbagi ke dalam beberapa bagian untuk membandingkan suatu nilai (proporsi) dari beberapa kategori. Kata lainnya adalah grafik yang berbentuk seperti kue pie. Bosan!! menjemukan. Lagi-lagi ketemu makhluk bernama definisi?? payah!!
Memang lebih enak makan kue pie-nya aja ya?
(Kalo pingin tahu macam-macam grafik silakan klik disini)
30 Maret 2008
Dimakan Saja Kuenya
28 Maret 2008
Bersandiwara
Kalo ngomong soal pornografi di media (cetak/elektronik), sebenarnya siapa sih yang paling bersalah itu? apakah:
1. Modelnya (yang katanya profesional demi tuntutan pekerjaan)
2. Pemilik media (yang punya modal untuk menayangkan)
3. Seniman (yang katanya bermain dengan keindahan)
4. Masyarakat (yang belum bisa berpikiran maju-kedepan)
Kalau monyet sih nggak malu meskipun telanjang. Tapi meskipun begitu akhirnya gambar anunya saya sensor juga. Kata Mas Darwin (teori evolusi), monyet kan asal-usul manusia. Hayuu ngaku nggak??
Ngomong soal sensor mensensor nih, dalam hitungan beberapa hari ke depan pemerintah Indonesia akan menutup akses situs-situs yang berbau pornografi. Kapok!! rasain yang suka gatelan!!
Nonton film Indonesia di bioskop juga banyak sensornya. Huuh, padahal itu kan karya kreatif!! yang nggak disensor sampai sekarang itu ya nonton topeng monyet.
Sudah murah, meriah lagi... (tapi kasian monyetnya). Monyetnya dipaksa untuk bersandiwara, berlagak seperti manusia.
26 Maret 2008
Bahasa Jiwa, Bahasa Surabaya
Beberapa bulan yang lalu saya sering menemukan bahasa Palembang pada naskah (dari redaktur) yang mau dibuat kartun. Seringkali saya bingung karena nggak ngerti artinya, apa maksudnya. Kalo dipelajari sih sebenarnya bisa. Itupun sambil nanya teman di sebelah.
Saya lebih paham bahasa lokal suroboyoan. Meskipun sedikit kasar (kata banyak orang) sih. Tapi kalo mau belajar yang nggak kasar, pakai kertas gosok aja hua-hua-hua...
Dibawah ini contoh dialog anak Surabaya. Jangan ketawa ya sebelum membaca semuanya.
A: Ojo' nggondhok po'o. He!! dijak ngomong malah mbidek ae
B: Timbangane awakmu kakean cangkem
A: Yowis. Sepurane sing akeh. Eh iko lho (karo ndudhing) koyok-ane koen ditoleki bapakmu. Kajange lapo se marani awakmu?
B: Ojo' medhen-medheni ae ta la?!! paling bapakku kate njaluk diundhohno kathes maneh. Soale winginane wis kemampo.
A: Brati gak atek diimbuh meneh? engkok aku ngah-ono yo?
B: Koen arep pa? Biasane nek dike'i mesti diguak ngono.
A: Ngewenyhek. Yo gelem ma.
B: Tak ke'i loro. Sijine kanggo adekmu. Tapi urup-pono yo. Hehehe... Gak, gak!!. Guyon kok aku. Iki lho kathes-e, ojo' tukaran karo adekmu yo.
A: Ooo, lambhemu iku...
Artinya:
A: Jangan ngambek gitu dong. Hoi, diajak ngomok malah diam (seribu bahasa)
B: Daripada kamu kebanyakan omong
A: ya sudah. Aku minta maaf. Eh itu lho (sambil menunjuk) sepertinya kamu dicari ayahmu. Mau ngapain menemui kamu?
B: Jangan nakut-nakuti gitu?!! Mungkin ayahku mau minta di ambilkan pepaya lagi. Soalnya kemarin sudah matang.
A: Berarti nggak pake di simpan (dalam sebuah tempat yang hangat supaya cepat matang)? Ntar aku disisain ya?
B: Emang kamu mau? Biasanya kalo dikasi selalu dibuang gitu.
A: Menghina. Ya mau dong
B: Aku kasi dua. Satunya buat adikmu. Tapi ntar diganti ya. Hehehe... Nggak, nggak!! Aku bercanda kok. Ini lho pepayanya, jangan bertengkar sama adekmu ya.
A: Ooo, dasar (mulut) mu...
24 Maret 2008
Si Manis Infografis
Pernah dengar apa itu infografis? Saya akan memberikan sedikit informasi tentang definisi infografis yang saya ambil dari berbagai sumber.
Pertama, infografis adalah gabungan tema besar kejadian yang informasinya digali secara mendalam kemudian ditampilkan secara bersamaan beserta foto yang menjelaskan tiap sudut permalahan (Mg3)
Kedua, Infografis adalah bagian dari informasi visual dalam surat kabar, peranannya adalah merepresentasikan data-data angka, naskah, grafik, diagram dan peta. Istilah infografis dalam jurnalistik lebih dikenal dengan sebutan visual journalism, infografis dalam surat kabar menjadi bagian penting untuk menyampaikan suatu permasalahan berita kedalam bentuk visual (Deden Maulana A.)
Ketiga, Infografis adalah info dalam bentuk grafis yang bertujuan mempermudah pembaca dalam memahami suatu persoalan atau peristiwa (S. Malela Mahargasarie)
Anyway, setiap hari pekerjaan saya adalah membuat infografis. Tidak hanya tabel yang saya buat, tapi juga ilustrasi kronologi yang terkadang harus selesai dalam waktu yang singkat. Bayangin aja, membuat empat sampai tujuh infografis dalam semalam (durasinya sekitar lima jam). Sedikit kewalahan sih, karena saya dituntut untuk kerja cepat tapi hasilnya bagus. Teman saya yang juga buat infografis mengeluh. "oalah, buat grafis kok dimandori...". Hmmm, kasian banget ya.
Kalau mau bagus mungkin saya bisa. Tapi kalau diberi waktu cukup. Untungnya saya masih diberi kesempatan buat grafis satu halaman penuh (koran). Itu terjadi hanya seminggu sekali dan terbit tiap hari senin. Sementara yang harian adalah "grafis kebutan' (grafis yang digarap secepat kilat).
Secara umum infografis yang saya buat selalu berhubungan dengan permasalahan masyarakat. Tentang korupsi, kecelakaan, kebanjiran, narkoba, subsidi, sembako, pilkada, dll. Saya cuma berharap mudah-mudahan karya yang saya buat bisa dinikmati masyarakat dan mereka menghargainya. Itu saja. Memberikan informasi kan juga termasuk perbuatan yang mulia. Ya nggak??
Tapi saya terbuka kok untuk dikomentari, atau di kasi masukan. Kalau ada waktu silakan mampir ke web di bawah ini. Ada beberapa contoh karya saya:
usmany.deviantart.com
karyasaya.blogspot.com
Udah masuk ke web di atas belom. Tebak hayo koran apa itu??
23 Maret 2008
Blacky or Pinky
Seniman itu nyentrik? memang identik seperti itu. Ada seorang teman saya, selama saya mengenalnya tidak pernah melepas baju dan celana hitam yang melekat di tubuhnya. Wah, bau donk? ya enggak. Kan pakaian hitamnya banyak, tidak cuman satu atu dua potong. Kecintaannya pada warna hitam membuatnya enggan melepaskannya.
Jadi jangan heran kalo liat orang yang memakai pakaian lengkap asesoris serba hitam. Bisa jadi dia seorang seniman. Bisa jadi lho. Berarti tidak semua yang pakaiannya serba hitam itu seniman. Pesulap seperti deddy cobuzier juga pakai baju hitam. Beberapa wartawan juga gemar memakai hitam-hitam. Komunitas muslimin di Makassar (yang tahun kemarin merayakan idul fitri lebih awal) juga begitu. Kalo Ninja? maling? untuk mengelabui aja kali yak?!
Saya tidak begitu tertarik untuk memakai yang serba hitam. Karena kulit saya berwarna sawo matang (tidak hitam kelam). Kulit saya tidak seperti warga keturunan bule (nggak ada yang nanya ya??). Lagipula warna hitam juga lebih menyerap sinar matahari. Rasanya pasti panas kalo siang hari, seperti dipanggang hidup-hidup. Warna hitam menjadi pilihan barangkali supaya tampak beda dengan yang lain. Lebih menonjol di tengah kerumunan orang. Begitulah kira-kira. Tapi ada juga yang memakai hitam sebagai simbol atas perlawanan. Sebuah bahasa komunikasi nonverbal untuk melawan.
Atau saya pakai warna pink aja ya supaya beda? hehe. Pasti tampak. Bodoh amat, lebih baik saya menjadi diri saya sendiri aja. Bebas memadu-padan-kan warna dengan selera saya sendiri. Yang penting enak dipandang dan nggak telanjang. Beres saya pikir
22 Maret 2008
Harus Halus
Menurut pengamatan saya, seorang seniman (baca: perupa) biasanya mempunyai perasaan yang lebih halus dalam berkarya rupa. Karena dalam proses kreatifnya seorang seniman dituntut untuk memahami karakter yang mereka hadapi. Misalnya nih, saat menggambar still life maka dia harus bisa membedakan bagaimana perbedaan goresan (pensil) untuk tekstur kain, buah, atau beling yang semuanya itu mempunyai ciri khas masing-masing.
Bingung ya? artinya begini. Fungsi pensil harus bisa dimanfaatkan secara tepat. Ada kalanya harus memakai pensil keras (kode H, HB, 2B, F) dan ada waktunya memakai pensil yang lunak (4B, 6B, EB, EE). Dengan penyesuaian yang pas maka pencapaian volume (isi/kedalaman) sebuah gambar bisa tercapai dengan mudah.
Kalo menggunakan pensil mekanik gimana dong? tidak masalah juga sih. Itu kan hanya permasalahan teknik saja. Yang terpenting disini adalah hasil karya seni yang bisa membuat decak kagum setiap orang yang meilhatnya.
Karena dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam berkarya, maka suasana sekitar juga harus mendukung. Pilihan musik berairama rock klasik atau smooth jazz mungkin bisa sedikit membantu. Tapi jangan salah, ada juga teman saya yang justru tiap nggambar malah nyetel musik cadas seperti System of Down, Korn, dan beberapa musik Underground lainnya (baca: black metal) yang saya sendiri tidak paham sama sekali lirik apa yang dinyanyikan. Pokoknya ada suara-suara aneh gitu deh. Teman saya yang lain mengatakan itu musik untuk pemuja setan. Hmmm betul nggak ya??
Kembali lagi pada yang halus (setan kalee??). Seniman sebagai makhluk sosial seharusnya bisa juga bertutur kata dengan pilihan kata yang halus--bagus. Sehingga orang tidak hanya suka dengan karyanya tapi juga suka kepribadiannya. Mantap, kan? tidak ada yang tersindir, tidak ada yang disakiti hatinya. Sebaliknya semua orang merasa nyaman dekat dengannya.
Maaf, gambar di atas bukan karya saya. Gambar asli diambil dari sini.
Piss...
Sudah-sudah
Nggak terasa sudah hampir setengah tahun saya menghabiskan waktu di Jakarta. Gedung Bimantara yang awalnya menjadi kantor tempat saya bekerja sudah empat hari ini saya tinggalkan. Semua karyawan yang di bagian produksi (termasuk artistik) pindah ke gedung sebelah yang hanya dua lantai itu.
Naik turun tidak lagi pakai lift. Saya yakin para redaktur atau mereka yang berlebihan lemak akan merasa senang karena secara tidak langsung mereka bakal diajak berolahraga secara teratur. Menapakkan kaki, satu demi satu anak tangga itu.
Jarak antara parkir motor dengan kantor sekarang jadi lebih jauh. Biarlah, saya masih bisa terima resiko itu. Jadi orang jangan manja, jangan mudah mengeluh. Itu yang sering saya tanamkan pada diri saya. Sudah untung saya diberi kesempatan bekerja. karena di luar sana banyak orang yang mengkernyitkan dahi memikirkan esok hari makan apa.
Sekolah sudah, kuliah sudah, belajar cari makan sendiri juga sudah. Masih ada satu tugas besar yang belum saya laksanakan hingga detik ini, yaitu menjalanakan prosesi pernikahan. Membayangkan betapa senangnya duduk di kursi pelaminan dengan diiringi doa restu kedua orang tua dan mertua. Tirai dibuka..., ciluk baaa...
Bekerja itu ibadah. Menikah juga ibadah. Itu kalau kita niati dengan sepenuh hati. Tapi hidup ini tidak akan lama lagi. Hanya beberapa detik lagi. Saya jadi pingin mengingat masa lalu. Saat bayi kenal asi, masa kanak-kanak sangat polos, masa remaja penuh asa. Nah sekarang, masa dewasa adalah masa produktif. Terus menikah dan punya keturunan. Kemudian jadi embah dan bersiap-siap menempati pemakaman. Singkat banget ya hidup ini
Di dalam liang lahat saya akan sendiri, tak ada yang menemani, seperti malam-malam yang sudah-sudah (lho ini kan lagu the Rock??). Jadi, selagi masih bernyawa, umur masih muda, saya ingin berkarya dan beribadah. What about you? Pernah mikir kayak gini?
19 Maret 2008
Terangsang Iseng
Iseng-iseng saya buat komik strip ini. Ini bukan komik strip humor lho, tapi komik ini mengangkat kisah realistis, yang dekat dengan kehidupan kia sehari-hari. Saya seringkali iseng, bikin gambar apa adanya. Mumpung tangan masih bisa bergerak dan mata masih bisa melihat.
Bagi saya, membuat coretan itu seperti bermain gitar. Semakin lama tidak dilatih akan semakin kaku tangan kita. Masak sih??
Saya dapat ide untuk menggambar katun tersebut kebetulan dari mimpi. Si tokoh utama adalah anak laki-laki berambut gondrong. Sebut saja namanya Prima. Maaf sebelumnya jika ada kesamaan karakter. Hehehe. Seseorang yang paling dibencinya adalah petugas keamanan (baca: polisi). Entah kenapa.
Awalnya begini: Prima menelpon temannya yang bekerja di sebuah bengkel, tepat di depan rumahnya. Prima mau meminjam obeng untuk memperbaiki PS kesayangannya karena ada baut di stick yang mau lepas. Prima turun dengan tergesa-gesa karena tidak sabar ingin segera melanjutkan permainan. Adik dan Ibunya menyapanya. Prima berhenti sejenak dan menjawabnya.
Waduh lanjutannya apa ya?? bersambung deh...
Dasar bener-bener iseng!!
18 Maret 2008
Inspirasi
Bagaimanapun juga inspirasi akan datang dari alam--lingkungan terdekat kita. Biasanya (menurut pengalaman pribadi saya) kekuatan inderawi yang peka terhadap kondisi (sosial) dapat lebih merangsang kita untuk berkarya.
Menciptakan karya se-perfect mungkin bagi seorang seniman adalah hal yang lumrah. Tapi kalo seniman menggambar sosok Tuhan?? siapa yang sanggup? Manusia tidak akan pernah sanggup untuk menggambar Tuhan. Karena Dia mempunyai sifat "Mukhalafatul lil hawaditsi" yang artinya tidak sama dengan makhluk ciptaanNya. Lho kok jadi ngomongin Tuhan sih?
Inspirasi bisa datang darimana saja. Ada yang dapat dari mimpi, saat bengong di toilet, saat membaca buku/majalah atau bahkan saat mendengarkan musik. Saya sangat bersyukur sampai hari ini internet bisa saya akses gratis 24 jam di tempat kerja saya. Tentu saja hal ini memudahkan dalam proses penciptaan karya.
Ayo, semangat lagi. Kantor baru, semangat baru!! yeaaah....
16 Maret 2008
Kartun Pengantar Tidur
Menurut penelitian di Inggris, kurang tidur memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kesehatan seseorang. Resikonya dua kali lebih besar cepat meninggal dibandingkan seseorang yang memiliki penyakit jantung (baca artikelnya di sini). Wuih, ngeri yak!
Menurut pengamatan saya (mungkin sedikit sok tahu), orang kurang tidur ada beberapa penyebabnya. Bisa karena aktivitas yang berlebihan, dan bisa juga karena susah tidur. Saya sepertinya masuk dalam kategori nomor dua. Tahu nggak penyebabnya?
Sepulang kerja (pagi hari) saya terbiasa jalan kaki selama sepuluh menit, dari perempatan pramuka ke tempat tinggal saya yang jaraknya sekitar dua kilometer. Dengan aktivitas seperti itu keringat bisa mudah saya keluarkan (meskipun tidak banyak). Akibatnya tubuh menjadi bugar, padahal semalam baru begadang.
Dalam kondisi normal, saya bisa istirahat (lalu tidur) beberapa jam kemudian--setelah meregangkan otot dan persendian. Tapi pada saat kondisi tertentu, tubuh saya tiba-tiba sangat susah untuk dikondisikan. Mata masih terjaga dan rasa kantuk pun hilang sama sekali. Kalo sudah seperti ini apa yang akan saya lakukan?
Biasanya, saya akan baca buku atau iseng corat-coret di atas kertas. Gambar diatas saya buat tadi siang, saat mata saya masih tak terpejamkan. Maksudnya sih mau gambar walikota Batam, Drs.H. Ahmad Dahlan. Dari tiga gambar itu mana ya yang paling mirip?